Kejadian terbunuhnya Febbymemang tak direncanakan. Sejak Selasa (22/1) dua pekan lalu, korban (Febby)bersama Edo sempat pergi bersama. Pada Selasasiang, mereka pergi bersama ke daerah Bintara Bekasi. Saat di perjalanan, Edo dan Febby terlibat percekcokan dan hingga terjadi perkelahian.
"Menurut pelaku,ada persinggungan kata yang dilontarkan korban sehingga dirinya marah," terangDidik kepada tabloidnova.com tanpa maumenjelaskan apakah perselisihan tersebut soal percintaan antara korban dan Edo. Namunperkelahian ini sudah sempat mereda danEdo menyatakan sanggup mengganti biaya pengobatan luka yang diderita Febby.
"Merekasempat ke rumah keluarga Edo (di Perum Citayam, Depok)," ujarnya lagi.
Namun pada esok harinya(22/1) pelaku sempat cekcok saat dalam perjalanan di Bojong Gede, Depok. Saat cekcokkedua inilah, Edo sempat memukul, mencekik dan menusuk korban dengan pisauhingga meninggal dunia.
Setelah kejadian tersebut, Edo sempat kalut danmembiarkan jasad Febby tetap di dalam mobil Nissan March yang mereka tumpangiselama 3 hari. Pelaku sempat membawa mobil dan jasad Febby berkeliling Jakarta dan Depok hingga akhirnya Edo menghubungi kakaknya DN yang merupakan supir angkot M28. Kepada Daniel, sang kakak, meminta tolong untuk membuang jasad "korbantabrak lari" yang telah dilakukannya.
Pada hari Sabtu (25/1)sekitar pukul 04.00 WIB, mobil Nissan March dikemudikan Edo ke arah Bekasi.Sementara Daniel mengikuti dengan menunggang sepeda motor. Namun saat melintas diKalimalang Jakarta Timur, Edo melihat ada razia polisi. Khawatir tertangkap, Edomembelokkan mobil ke arah TPU Pondok Kelapa. Akhirnya, Edo meletakkan mobilNissan March bersama jasad Febby di sana. Dan kembali ke apartemen Comfortbersama kakaknya Daniel.
Laili
KOMENTAR