Seperti dilansir dalamwww.diabetes.co.uk, makanan tinggi karbohidrat, lemak, dan kalori ini tak diimbangi dengan kandungan fiber, vitamin, dan mineral yang memadai.
Sebuah riset yang diadakan peneliti dari University of Medical Centre Utrecht mengungkapkan, konsumsi fast food alias makanan cepat saji secara rutin meningkatkan risiko diabetes tipe 2 hingga 70 persen.
Di Indonesia, prevalensi diabetes tahun 2013 mencapai 5,7 persen, yaitu sekitar 8,5 juta orang. Angka ini membuat Indonesia berada di posisi 7 sebagai negara dengan angka kasus diabetes tertinggi di dunia. Dari angka tersebut, faktor gaya hidup ditengarai sebagai pemicu sebagian besar diabetes.
Kementrian Kesehatan RI mengambil berbagai langkah untuk menekan angka diabetes, salah satunya melalui Permenkes No.30 Tahun 2013.
"Melalui Peraturan Menteri Kesehatan itu, maka semua fast food dan makanan industri tertentu diwajibkan memberi informasi secara transparan mengenai porsi kalori, natrium, lemak, gula, dan kandungan lainnya. Kami juga masih meneliti makanan lain yang berpotensi meningkatkan risiko penyakit tidak menular," terang Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementrian Kesehatan RI, dr. Ekowati Rahajeng SKM, M.Kes, di sela acara Global Diabetes Forum di Bali, kemarin (18/1).
Acara yang diadakan PT. Kalbe Farma Tbk bersama PERSADIA dengan dukungan PAPDI ini mengambil tema "Take a Step For Diabetes" dan dihadiri 127 praktisi medis se-Asia Tenggara.
Ia menekankan, pemerintah tak bisa membatasi kandungan nutrisi setiap makanan karena hal tersebut terkait resep.
"Namun, sebagai upayanya kami memiliki program Pos Windu Penyakit Tidak Menular yang memberikan pemahaman mengenai makanan dan cara menghitung nutrisi. Diharapkan, hal ini dapat mencerdaskan sehingga setiap masyarakat dapat mengontrol dan menghitung sendiri kandungan nutrisi dalam makanan yang dikonsumsi," tambah Ekowati.
Akan tetapi, anjuran untuk mencantumkan kandungan nutrisi akan diwajibkan secara bertahap.
Aneka bentuk pengobatan dan teknologi untuk diabetesi terus berkembang. Namun mengingat angka prevalensi diabetes di Indonesia terus meningkat, maka kini, Ekowati menganggap bahwa hal yang harus diperhatikan adalah langkah pencegahan.
"Kami dari Kemenkes tidak bisa menurunkan angka kejadian diabetes, tapi bisa menekan agar tak muncul kasus baru. Jadi langkah yang dilakukan itu menciptakan gaya hidup sehat untuk prediabetes," paparnya.
Annelis Brilian
KOMENTAR