Hal ini dibuktikan oleh Lapas Denpasar. Di LP Denpasar yang terletak di Jalan Diponegoro. Beberapa warga binaan dilatih membuat kipas. Kipas-kipas indah itu terbuat dari bambu dan berbagai bahan. Ada kipas yang terbuat dari kain sutra, kain tenun, brokat, dan lukis. Dan hebatnya kipsa itu sudah diekspor ke Cina dan Jepang.
"Sebenarnya kami sudah membuat kipas sejak 2009, tiga tahun sebelum ada program Napi Craft diluncurkan. Kebanyakan pengrajin kipas adalah perempuan dan kebetulan pembina (pelatih warga binaan juga, RED.) juga dari Bali," ungkap Ririn, karyawan Dirjen Pemasyarakatan, Kementrian Hukum dan HAM RI.
Pada prinsipnya tidak ada pemaksaan, warga binaan untuk menghasilkan karya. "Saat mereka memulai masa tahanan setelah ketok palu hakim, mereka ditawari akan bekerja di unit apa. Tergantung minat warga binaan," tandas Ririn.
Narapidana atau warga binaan yang diajak bekerja menghasilkan produk seni juga tak terbatas usia. Tua-muda, semua warga boleh mengikuti pelatihan dan membuat kipas.
Soal bahan, awalnya Lapas memfasilitasi bahan-bahan dari bahan yang ada di sekitar. Selanjutnya, dari hasil penjualan didapat modal yang diputar kembali. "Tapi kalau ide dari mereka. Kami (Lapas) hanya memberikan bahan," ujar Ririn menjelaskan darimana asal kipas-kipas cantik tersebut.
Soal dapat order ke Cina dan Jepang, LP Denpasar beruntung pernah dikunjungi pemerintah Jepang dan Cina sekitar tahun 2009. Saat itu mereka tertarik membawa hasil kerajinan tangan narapidana ke negeri mereka. Kini, warga binaan dapat menikmati hasil dari ekspor buah karya mereka.
Satu buah kipas cantik tersebut, dibanderol harga mulai Rp 250 ribu sampai Rp 700 ribuan. "Soalnya kami pasang harga di Jepang segitu. Tapi kalau di Indonesia mau pesan, bisa ke Subdit Bimbingan Kemandirian, Dit Bina Narapidana dan Pelayanan Tahanan, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, nomor telepon 021-3857611/ 13/ 14 atau www.ditjenpas.go.id.
Laili
KOMENTAR