Harpoen adalah aplikasi untuk meninggalkan grafiti secara virtual di dunia maya. Ini adalah sosial media, di mana penggunanya bisa meninggalkan pesan, foto, dan pesan di tempat-tempat yang mereka singgahi.
Konsepnya sebenarnya sangat sederhana. Di seluruh dunia dan di banyak budaya, manusia memang suka meninggalkan pesan. Lihat saja Candi Borobudur atau Piramida di Mesir. "Nah, Harpoen membawa kebiasaan ini ke dunia maya," ujar Agatha.
Februari lalu, Harpoen menjadi satu-satunya aplikasi yang mewakili Indonesia di World Summit Awards-Mobile di Abu Dhabi. "Kami disandingkan dengan sekitar 400 nominasi dari seluruh dunia. Di event itu, kami meraih penghargaan kategori Tourism & Culture. Buat kami, ini sangat membanggakan."
Untuk Harpoen, Agatha memang berkolaborasi bersama suaminya yang berkebangsaan asing dan seorang partner. "Sewaktu melahirkan ide awal Harpoen, kami sedang berkumpul bersama. Kami pikir, 'Wah, seru juga, ya, kalau kami suatu saat kembali ke restoran ini, kami ingat lagi apa yang dulu pernah dilakukan di sini.'"
Setelah ide itu lahir, realisasinya cukup cepat. Dalam waktu empat bulan, "Kami sudah rilis versi pertama. Kami juga melakukan update secara berkala setiap dua minggu."
Saat ini, aplikasi Harpoen sudah diunduh puluhan ribu orang dari seluruh dunia. Padahal, Agatha mengaku, ia dan suami sama-sama tak punya latar belakang dunia teknologi. "Tapi kami berdua suka desain dan membuat sesuatu yang baru. Kami juga selalu penasaran dengan aplikasi-aplikasi di mobile phone. Jadi saat ada kesempatan terjun ke dunia ini, we just do it."
Saat ini, Agatha sedang mempersiapkan meluncurkan satu lagi aplikasi baru bernama Mapiary. "Dengan Harpoen yang baru mendapat penghargaan tingkat dunia, bukannya terbebani, tapi kami jelas berharap Mapiary bisa menyamai bahkan melebihi kesuksesan Harpoen," ucap Agatha.
Ade Ryani
KOMENTAR