Seluruh penumpang pesawat dalam penerbangan bernomor 4384 yang berjumlah 35 orang itu turun dari pesawat mengikuti Albert Rizzi, seorang penumpang buta dari Long Island, dan Doxy, anjing penuntunnya.
Menurut Rizzi seperti dikutip dari CNN, meski yang pertama tiba di landasan pesawat, Rizzi justru yang terakhir ditempatkan di pesawat kecil itu. Pramugari memberinya tempat duduk di baris belakang bagian tengah, tanpa kursi di depannya sehingga Doxy tak bisa berbaring di bawahnya.
Tak lama setelah pesawat boarding, menurut Rizzi, pramugari mengatakan padanya bahwa anjingnya harus berada di bawah kursi demi alasan keamanan. Beberapa penumpang di deretan Rizzi menawarinya untuk menempatkan Doxy di bawah kursi mereka. Doxy lalu ditempatkan di bawah kursi seorang perempuan di sebelah kiri Rizzi. Namun, keberangkatan pesawat ternyata ditunda hampir dua jam lamanya.
Ketika pesawat siap lepas landas, Doxy bangun untuk memperbaiki posisi tubuhnya beberapa kali. Terakhir, posisi Doxy berada di bawah kursi Rizzi, menghadap ke arah belakang pesawat. Pramugari meminta Rizzi untuk mengontrol anjingnya dan menempatkannya kembali di bawah kursi sebelahnya.
Setelah pertengkaran antara keduanya, pilot mengumumkan pesawat akan kembali ke tempatnya semula. Sampai di sana, Rizzi dan anjingnya dikawal turun oleh petugas keamanan bandara. Setelah Rizzi dan Doxy yang sudah tujuh tahun menjadi pemandunya diturunkan, para penumpang berunjuk rasa, meminta agar pramugari yang bersangkutan diturunkan dari pesawat, dan Rizzi kembali dinaikkan.
Menurut Kurt Budke, salah satu penumpang dalam penerbangan itu, seluruh penumpang bersatu mendukung Rizzi. Setelah menyadari para penumpang tetap pada pendiriannya, pilot membatalkan penerbangan itu. "Seandainya pramugari itu memberikan alternatif lain untuk Rizzi, situasi seperti itu tidak perlu terjadi," ujar Budke.
Juru bicara US Airways, Liz Landau, meminta maaf atas ketidaknyamanan tersebut. Ia menambahkan, pilot dan kru memilih untuk kembali ke gate semula karena masalah keamanan yang disebabkan Doxy. Ia juga mengatakan Rizzi mengatakan ucapan yang kasar pada pramugari. US Airways kemudian menyediakan bus gratis dari bandara Philadelphia ke bandara Long Island untuk mengakomodasi para penumpang.
"Ini menjadi pengalaman yang paling indah. Ternyata rasa kemanusiaan itu memang ada, dan orang-orang bisa bertindak benar," ujar Rizzi mengetahui tindakan para penumpang lainnya. Hingga saat diwawancara, Rizzi yang buta delapan tahun lalu setelah sembuh dari meningitis, mengaku belum dihubungi pihak US Airways dan tengah mempertimbangkan kemungkinan melakukan langkah hukum atas peristiwa itu. Ia sendiri aktif dalam komunitas orang-orang buta dan duduk dalam dewan penasehat orang-orang cacat untuk daerah tempat tinggalnya, Suffolk.
Hasuna
KOMENTAR