Kendati demikian, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan terus mendorong pengembangan seni rupa dari tahun ke tahun.
"Kami selalu mengapresiasi adanya pihak-pihak yang bersedia mengadakan ajang yang memacu pelukis tetap berkreasi," ungkap Dra. Watie Moerany, M Hum, Direktur Seni Rupa, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Diungkapkan Watie, dirinya juga kerap mendengar perupa atau pelukis menanyakan adanya event melukis nasional.
"Saat ini pemerintaah belum bisa menunjang kegiatan kreatif, tapi kami mengapresiasi pihak yang mendorong ini dilakukan. Dan saya melihat grafik (aktivitas dunia melukis) ini naik, berarti kreativitas seniman Indonesia juga naik," decaknya senang.
Ke depan, Kemenpar dan ekonomi kreatif akan fokus pada suatu wadah yang bisa menampung kreasi.
Selain itu, Watie yang juga mantan Kepala Galeri Nasional Indonesia dan lulusan Studi Cultural Heritage Universitas Ueno (Jepang), melihat fenomena tema lukisan sekarang sudah bergeser.
"Tahun lalu fenomena kritik sosial dan politik lebih banyak diangkat. Wajah-wajah tokoh partai seperti pak Ruhut (Sitompul) banyak dijadikan obyek dalam lukisan. Tahun ini, pelukis lebih banyak menyikapi soal lingkungan hidup," ujarnya.
Menurut Watie, pergeseran ini merupakan tren tersendiri para pelukis Indonesia yang juga kritis pada kondisi sosial di sekitarnya. Dan, walaupun kerap mengritik lingkungan hidup, kritik ini dapat disampaikan dalam berbagai aliran lukisan. Mulai surealis, naturalis, kubisme dan sebagainya.
Laili
KOMENTAR