Merasa belum puas, Nina lalu bekerja di salah satu NGO internasional dan ditempatkan di pelosok Lampung. Setelah tak lagi bekerja, bersama teman-temannya yang punya visi dan misi sama, "Lantas kami buat komunitas Green Earth, untuk action sendiri."
Kegiatan pertama mereka, memberi presentasi tentang climate change atau perubahan cuaca di hadapan murid-murid SMU 1 Bogor. Para murid juga diajak langsung praktik menanam dan mendaur ulang sampah. "Responsnya sangat baik, setelah kegiatan selesai ternyata mereka membuat Kopling, singkatan dari Komunitas Peduli Lingkungan."
Nina pun makin terpacu. Ia memutuskan fokus memberi penyuluhan pada masyarakat luas tentang pengelolaan sampah dan mengambil satu contoh desa yaitu Cisalopa. "Di sana banyak masyarakat yang membuang sampah ke jurang atau membakarnya di kebun." Nina pun menyasar kaum ibu lewat sosialisasi dalam kegiatan pengajian dan pesantren.
Kesabarannya berbuah manis. Beberapa ibu minta diberikan pendampingan agar bisa mendapat keuntungan dari mengelola sampah. Kini, masyarakat Cisalopa kian giat mengelola bank sampah yang bernilai ekonomi. Setelah melalui beberapa proses sampah daur ulang dirangkai menjadi kerajinan tangan. Ada pula yang bisa menjadi pupuk untuk pertanian. "Keuntungan lainnya jika memiliki sampah yang banyak bisa mendapatkan poin yang dapat ditukar dengan sembako."
Alhasil, trik ini jadi pemantik semangat ibu-ibu. "Selain masuk ke desa-desa lain yang masih berada di dekat Cisalopa, saya menyosialisasi juga kegiatan ini di dunia maya." Apresiasi atas kerja keras Nina pun didapat lewat penghargaan Asoka Change Maker di tahun 2010 serta menjadi Climate British Council 2010. Ia berkesempatan mengikuti workshop ke Vietnam. Banyak pula mahasiswa magang dari Jepang yang membantu Nina di Cisalopa. Mereka juga menyarankan Nina membuat manajemen bisnis untuk pengelolaan sampah dan membuat produk yang mudah diingat dan dikenal. "Akhirnya saya memutuskan mengubah Green Earth menjadi Greena."
Sebanyak 300 item produk Greena dihasilkan tiap bulan, mulai dari dompet, tempat pensil, dan tas dari harga Rp35 ribu sampai Rp200 ribu. Produk tersebut dijual di berbagai pameran, bazar, dan juga secara online. Para ibu rumah tangga kini juga mendapat gaji tetap.
Tak hanya itu, Nina juga terpilih menjadi Get Inspired BBC 2011. Ia pun bergerak mengkader warga binaan di Cisalopa untuk mampu memberikan penyuluhan. "Saat ada undangan pemerintah, mereka siap mewakili untuk dikirim ke Lampung dan Bengkulu untuk memberikan penyuluhan soal pengelolaan sampah," ujar Nina yang ke depan ingin membuat biji plastik untuk material perusahaan plastik.
"Saya akan terus memikirkan cara agar sampah bisa menjadi nilai bisnis yang diproduksi massal dan bisa menjadi sumber penghasilan bagi warga desa," imbuhnya.
Perempuan Inspiratif NOVA (PIN)
Ade Ryani HMK
KOMENTAR