Setelah GKR Hayu menjawab pertanyaan dari sang ayah, GKR Hayu yang berbalut kebaya berwarna hijau muda menandatangani surat nikah yang sudah disiapkan. Setelah itu dilanjutkan dengan doa dan ditutup dengan sungkem yang dilakukan GKR Hayu kepada Sri Sultan. Acara ini pun berlangsung secara khidmat semalam.
Usai acara Tantingan berakhir, prosesi masih dilanjutkan dengan upacara Midodareni. Acara ini berlangsung di Sekar Kedhaton, untuk GKR Hayu, sedangkan KPH Notonegoro melangsungkan upacara secara terpisah di bangsal Kasatriyan. Midodareni berasal dari kata widodari yang berarti bidadari. Upacara ini diambil dari cerita turunnya Dewi Nawangwulan untuk menemui anaknya pada saat upacara midodareni.
Tujuan upacara ini diharapkan calon mempelai wanita menjadi cantik seperti bidadari. Maknanya sendiri adalah untuk menyucikan diri dan menyiapkan mental untuk acara pernikahan. Dalam upacara ini Sultan mengunjungi kedua mempelai sekaligus meninjau lokasi dan kesiapan acara untuk esok harinya.
Dari bangsal Sekar Kedhaton, Sultan kemudian menemui keluarga calon mempelai pria di bangsal Kasatriyan. Ada sebuah hal yang cukup menarik perhatian saat Sri Sultan menyambangi bangsal Kasatriyan. Saat itu KPH Notonegoro menitipkan setangkai mawar berwarna biru untuk diberikan kepada GKR Hayu. Meski bukan menjadi salah satu tradisi Kraton, namun Sri Sultan tetap antusias menerimanya. Sementara itu di Sekar Kedhaton, selaku calon mempelai wanita, GKR Hayu tetap melaksanakan kewajibannya untuk tidak tidur sampai lewat tengah malam sesuai tradisi turun temurun.
Dan hari ini, Selasa (22/10) kedua calon pengantin siap untuk menjalani proses selanjutnya, yaitu Akad Nikah. Sedianya acara ini akan berlangsung pada pukul 07.30 WIB. Akad Nikah ini merupakan rangkaian acara dalam pernikahan agung Kraton Yogyakarta. Akad Nikah akan dilakukan di Masjid Panepen Kraton Yogyakarta.
Acara ini hanya akan dihadiri calon mempelai pria dan keluarga serta Sri Sultan beserta keluarga, tanpa calon mempelai wanita. GKR Hayu akan tetap berada di Sekar Kedhaton. Dalam akad nikah ini, Sri Sultan Hamengku Buwono X akan menikahkan putrinya sendiri. Sultan akan melanjutkan dengan pengucapan ijab yang kemudian dijawab oleh calon mepelai pria.
Akad nIkah akan ditutup dengan sungkem yang dilakukan mempelai pria kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X yang juga menjadi simbol penghormatan dan mohon doa restu. Setelah acara selesai akan dilanjutkan dengan prosesi berikutnya yaitu Panggih.
Antie
KOMENTAR