Mendiang Nurmansyah merupakan anak tunggal Wastiah. Saat bercerai dengan suami, Nung (panggilan Nurmansyah, Red.) masih berusia 2 bulan. Sejak itu dirinya membanting tulang demi menghidupi dan membesarkan putra semata wayangnya karena mantan suami telah menikah lagi dan tak memberi nafkah.
"Dia lahir di sini (Asrama BPP, Gudang Laut, Jakarta Utara, Red.) dan kita sempat tinggal di sini," ungkap Wastiah.
Saat mendengar Nurmansyah menjadi korban kecelakaan di KM 8 Tol Jagorawi, hati Wastiah sudah tak tenang. Hari itu, Sabtu (8/9) dirinya sedang menginap di rumah Gudang Laut, sementara Ani masih di rumah kontrakannya di Bekasi.
"Ada yang menelepon ke mari mengabarkan kalau anak saya kecelakaan. Tapi karena itu tengah malam dan yang menerima nenek-nenek, ya, takut. Khawatir penipuan," ungkapnya.
Orang yang menelepon itu juga menghubungi keluarga Ani di Kuningan, Jawa Barat. Dan baru setelah kakak ipar Nung datang, Wastiah mendapat kebenaran jika putranya mendapat kecelakaan.
Sampai di RS Mitra Keluarga Cibubur, rekan sekerja Nurman memberi tahu jika lelaki itu sudah meninggal dunia.
"Saya enggak tahu apa yang terjadi. Saat tiba, saya lihat menantu saya menangis setelah diberitahu rekan kerja Nung. Saya tanya berulang kali, 'Ada apa, kok menangis?' Sampai saya teriak," ungkap Wastiah mengenang Minggu kelabu itu.
Saat dirinya diberitahu Nung sudah tiada, Wastiah menjerit histeris menyesalkan dirinya tak diberitahu sejak sebelum berangkat. "Saya syok di situ. Nangis, entah apa yang saya rasakan," ujar Wastiah.
Diakui Wastiah, dirinya sempat juga bertemu keluarga-keluarga korban yang lain. Namun dirinya sangat sedih memikirkan mengapa putranya semata wayang harus menjadi korban. "Dia anak satu-satunya, kenapa ditabrak? Kenapa terkena musibah seperti itu?" ungkap Wastiah.
Wajar saja Wastiah merasakan duka yang sangat mendalam. Di matanya, Nung adalah sosok anak yang baik dan sangat sayang kepada ibunya. Nung kerap mengkhawatirkan ibunya saat akan bepergian ke mana-mana. Bahkan tak jarang, mendiang memaksakan diri mengantar Sang Ibu jika akan pergi ke suatu tempat.
"Saya terakhir bertemu hari Kamis. Tidak ada firasat apa-apa," kenang Wastiah.
KOMENTAR