Menurut rencana setelah diadakan misa, jenazah akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Giri Layu, Metesih, Karanganyar, Surakarta. Sepanjang hidupnya, almarhum adalah seniman tari dan karawitan. Ia juga mumpuni sebagai koreografer tari moderen. Ia mendirikan grup tari dan musik tradisional Suryo Sumirat.
Heru adalah tipe seniman yang all out. Ia tak jarang menunggui para pengrawit dan penari berlatih dari awal sampai akhir. Bulan Mei lalu misalnya, kala Pura Mangkunegaran akan menggelar pergelaran tari tahunan, tak segan hingga larut malam ia menunggui dan mengamati satu per satu gerak para penarinya yang tengah berlatih di Pendhapa Ageng. Kurang sempurna sedikit saja, ia langsung memberi arahan kepada para penarinya.
Sebagai pribadi, ia juga amat humanis. Di tengah suasana istirahat latihan, Heru tiba-tiba memberi kejutan kepada Ketua Pangrawit (pelatih grup karawitan) Hartono. Malam itu, Rabu (9/5) Hartono berulang tahun. Tanpa disangka semua pangrawit (penabuh gamelan), tiba-tiba Heru muncul ke tengah pendapa membawa kue ulang tahun. Lalu ia meminta Hartono meniup lilin. Tentu acara ini amat mengharukan bagi Hartono. Itu juga menjadi kenangan terakhir dan terindah Hartono serta para mahasiswa asing yang malam itu berlatih gamelan bersama putra MN VIII yang low profile itu. Selamat jalan Mas Heru.
Rini
KOMENTAR