TabloidNova.com - Efek krisis ekonomi di sebuah negara terkadang tak hanya menimpa sektor-sektor penting, tapi juga pasti mempengaruhi gaya hidup dan cara pikir rakyatnya. Setidaknya itu yang kini tengah terjadi di Korea Selatan. Menurut penelitian, bahkan kaum muda Korsel tak lagi berminat untuk menggelar pernikahan serba mewah, terkait krisis yang tengah menimpa negaranya itu.
Bahkan di Korsel saat ini sebuah kata tengah menjadi tren, yakni "sampo-jok" yang akrab di telinga kaum muda. "Sampo-jok" sendiri kerap digunakan pemuda-pemudi berusia 20-30 tahun yang menggambarkan kondisi di mana mereka tidak lagi peduli pada tiga hal yakni kencan, pernikahan serta pernikahan dan anak. Menurut pemberitaan yang dilansir oleh Korea Times, kalaupun ada yang memutuskan untuk menikah, kebanyakan pasangan memilih menikah di catatan sipil saja, mengingat rata-rata biaya yang harus dikeluarkan jika menggelar resepsi di Korsel mencapai Rp 1 miliar!
Tapi pemikiran praktis anak muda Korsel yang tak menginginkan resepsi pernikahan berlebihan tentu bertolak belakang dengan keinginan para orang tua yang masih menjunjung tinggi tradisi dan budaya. Kata mereka, pernikahan dan resepsi bukan hanya soal pasangan pengantin, tapi soal merayakan dengan keluarga dan teman-teman.
Terlepas dari itu semua, data menunjukkan bahwa memang angka pernikahan di Korsel menurun drastis belakangan ini. Bahkan banyak dari kaum muda Korsel yang menunda menikah, sehingga catatan usia mereka yang menikah di Korsel semakin tinggi. Data dari badan statistik Korsel menyebutkan bahwa rata-rata usia orang menikah di sana meningkat dalam dua tahun terakhir. Kaum pria rata-rata menikah setelah usia 32,2 tahun, sementara yang wanita 29,6 tahun.
Yetta Angelina
KOMENTAR