Untuk menghasilkan kualitas yang baik, kelompok ini hanya merekrut anggota yang memiliki keterampilan menjahit. Sebab membuat batik jumputan perlu kesabaran dan ketelatenan tinggi. "Dulu anggotanya 23 orang. Tapi seleksi alam, kini tinggal 14 orang, semuanya perempuan." Mereka rutin berlatih di sekretariat Jl Soga No 64 A, Yogyakarta, setiap tanggal 6 tiap bulannya.
Selain jumputan, mereka juga mengolah kain perca sisa potongan yang diaplikasikan menjadi tas dan peralatan rumah tangga. Harga selembar kain jumputan dijual rata-rata Rp 125 ribu. Untuk motif dan pewarnaan yang lebih rumit, harganya bisa lebih mahal. Yang menarik lagi, kelompok ini juga mengaryakan ibu-ibu rumah tangga di sekitar kampung. Tenaga para ibu itu dibayar lepas untuk membantu mengikat kain-kain sebelum diiwarnai.
Namun diakui Andung, kain jumputan produksi kelompoknya belum memiliki ciri spesifik. "Kami masih mencari motif yang khas dan pengemasannya."
Tika
KOMENTAR