"Saat ditelusuri, mereka bekerja sama juga dengan sindikat internasional pemalsu kartu kredit," ungkap Wadirkrimsus Polda Metro Jaya AKBP Hery Santoso.
Cara kerja pembobolan data kartu kredit ini, dengan memasukkan virus ke sistem keamanan data keuangan pada merchant yang dituju. Setelah sistem keamanan rusak, para hacker membobol data transaksi dari pembukuan mesin cash register (perekam nomor seri kartu kredit saat transaksi dilakukan di mesin kasir).
Data inilah yang dicuri dan digandakan ke kartu-kartu kredit aspal.
Ketika tim Ditreskrimsus menelusuri IP address pembobol data kartu kredit dari merchant, ternyata pelaku berada di beberapa negara Jerman, Perancis, Cina, dan Amerika. "Namun mereka diduga berkomunikasi saat berada dalam forum atau menjadi member situs penyedia data kartu kredit ini," ujar Hery lagi.
Para pencari data kartu kredit ini bahkan rela membeli data dari beberapa situs di www.topdumpspro.com, www.icq.com, dan www.dumps777.com.
Website ini bisa diakses semua orang di dunia. Tak heran ada kartu kredit atau kartu debit yang pernah digunakan bertransaksi di luar negeri. Padahal pemilik tidak berada di negara yang dimaksud. Dugaan ini menguat ketika tim penyidik menemukan, ada transaksi yang digunakan di Meksiko, Amerika dan beberapa negara lain.
Laili
KOMENTAR