Berbeda dengan pernyataam Muhyi, kepada Kanit Reskrim Polsek Pamulang, AKP Budi Harjono, N mengaku memotong kelamin Muhyi karena kesal dipaksa melakukan hubungan intim.
Saat Muhyi kembali memaksanya bersebadan, N memotong alat kelamin Muhyi dengan pisau cutter yang diselipkan di balik jilbabnya. "Usai itu, dia pulang naik angkutan umum, meninggalkan Muhyi yang kesakitan dan penuh darah," jelas Budi
Pasca kejadian, pihak Kepolisian yang mendapat laporan dari RSUK Tangsel sempat kesulitan mengungkap kasus ini. Selama sepekan lebih Muhyi sempat menutupi cerita sebenarnya. "Mungkin dia malu jadi ceritanya berganti-ganti. Pengecekan lokasi kejadian juga jadi sulit dan tidak cocok. Setelah dibujuk polisi, akhirnya Muhyi mau bercerita."
Polisi juga sempat kesulitan menemukan N lantaran lokasi tempat tinggalnya sempat ditutupi keluarga besarnya serta warga sekitar. Ditambah lagi, keluarga N termasuk terpandang. "Setelah berkoordinasi dengan Polsek Teluk Naga, akhirnya N berhasil kami tangkap di rumahnya, Senin (20/5) pukul 14.00."
Belakangan, ketika dipertemukan dengan Muhyi di RS dan dinasehati, "Barulah keluar air matanya dan akhirnya N mengakui perbuatannya." Usai kejadian, N merasa menyesal dan takut Muhyi tewas. "Dia takut dicari polisi dan takut juga bercerita ke orangtuanya."
Kini N dititipkan ke Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang. Orangtua N pun tak jelas keberadaannya. "Enggak tahu ke mana," ujar perempuan setengah baya yang enggan menyebutkan namanya dan mengaku kerabat N.
Kerabat N yang lain berkisah, N dikenal taat beragama. Sehari-hari menggunakan cadar dan berkerudung. "Enggak pernah ke luar rumah. Paling ikut pengajian di pesantren saja. Cuma, ya, itu, dia kenalnya lewat HP. Kalau enggak kenalan lewat HP, dia enggak akan kena kasus ini," tuturnya. N dan keluarganya, kata si kerabat, termasuk tertutup. "Kami juga tahu berita ini setelah muncul di teve."
Bersihkan Darah
Sugeng (26) kaget bukan kepalang mendapati teras kios yang sudah dua tahun menjadi tempatnya mencari nafkah penuh darah pada Selasa (14/5) pagi. "Saya tanya ke Pakde (majikan Sugeng, Red.), tapi karena disuruh, ya, sudah, saya bersihkan saja," ujarnya.
Sugeng sempat menduga, "Saya kira itu darah perempuan hamil yang keguguran. Kalau tahu peristiwa yang sebenarnya, pasti saya langsung lapor polisi," tuturnya.
Di tempat itu, tambahnya, memang gelap saat malam. Apalagi me ja untuk pengunjung ditumpuk dua, sehingga orang yang lewat pun tidak akan tahu apa yang terjadi di situ.
Astudestra Ajengrastri, Hasuna Daylailatu
KOMENTAR