Lusia Efriani Kiroyan, Wirausaha, Penulis Novel dan Pemilik Rumah Singgah
Saya sangat mengagumi sosok seorang Kartini, terlebih semangat belajarnya. Kartini bagi saya sebagai motivator untuk belajar. Itu harusnya yang dilakukan wanita Indonesia. Jangan malas belajar, walau statusnya sudah menikah bahkan punya anak.
Saya hobi belajar. Bagi saya belajar tidak harus dari buku atau guru. Belajar bisa mengambilmilmu dari kegiatan sehari-hari. Bahkan dari mendidik anak pun kita bisa belajar. Itu yang seharusnya dilakukan wanita Indonesia.
Selain harus pintar, wanita Indonesia juga harus berbudi, mau membantu sesama. Benar memang sebuah pepatah, wanita adalah tiang negara. Jadi jika wanita Indonesia baik, maka negara pun akan baik. Dan perjuangan wanita Indonesia bisa diawali dari rumah.
Peringatan hari Kartini jangan sekadar seremonial dengan lomba berbusana, masak dll. Coba diwujudkan dengan mengumpulkan uang tiap orang Rp 200 ribu. Lalu uang itu dibelikan buku dan dibuat perpustakaan. Tentu ini lebih bermanfaat.
Tugas dan tanggung jawab keluarga jangan dibebankan ke satu pihak, ayah atau ibu saja. Ini tanggung jawab bersama jadi harus saling bekerja sama.
Jadi dengan beban yang yang merata ini akan memungkinkan seorang ibu rumah tangga bisa berkarya. Karena ini memang sudah menjadi tuntutan zaman, wanita harus bisa berkarya, termasuk ibu rumah tangga agar bisa berkontribusi dalam ekonomi keluarga.
Nah tuntutan lain di zaman modern ini, ibu rumah tangga tak boleh gaptek. Ia harus bisa mengimbangi teknologi yang sudah akrab dengan anak anaknya. Tujuannya agar bisa memantau apa yang dilakukan anak-anak. Seorang ibu harus cerdas menghadapi tuntutan zaman. Karena ini yang diajarkan Kartini.
Debbi
KOMENTAR