PERI Kertas Cita-cita Masuk Kurikulum Sekolah
Sejatinya paper craft atau seni kreasi dengan kertas masuk ke Indonesia sejak era 90-an. Nah, Rauf Raphanus (28), salah seorang pehobi kreasi seni kertas yang suka membuat model pesawat dari kertas yang polanya ia lihat di sebiah majalah. "Dulu, orang-orang yang suka seni jenis ini sering diskusi lewat forum situs Kaskus.com. Saling mengobrol, berbagi tips, dan diskusi." Lama-kelamaan, lanjutnya, ia merasa butuh komunitas khusus agar lebih mudah menyebarkan informasi seputar paper craft di Indonesia. "Misi utamanya, agar orang-orang tahu ada seni atau hobi paper craft. Harapan lain, bisa menciptakan insan-insan kreatif yang lahir dari komunitas ini," jelas Rauf yang bersama Julius Perdana (desainer) dan Arif Suseno (konseptor komunitas) pada 3 November 2009 meresmikan PERI Kertas.
Kegiatan PERI Kertas, kata Rauf, ada dua. Pertama, kegiatan online untuk saling berbagi tips atau sekadar berbagi foto dengan para anggotanya. "Sudah ada 3 ribuan anggota PERI Kertas via Facebook (FB) dan website. Tiap hari ada posting baru berkaitan dengan paper crfat. Dari FB lahir pula komunitas regional yang dibuat di berbagai kota."
Sementara kegiatan offline berupa pameran, gathering, event, atau berkumpul untuk merancang proyek baru. "Kegiatan regional biasanya diadakan seminggu sekali saat car free day. Saat ini sudah ada 24 komunitas regional karena antusiasme mereka tinggi sekali. Pasalnya, paper craft ini sangat unik dan mudah dilakukan siapa pun, dari anak kecil sampai orangtua. Tak terbatas usia dan gender."
Anggotanya, lanjut Rauf, memang masih lebih banyak pria, sekitar 70 persen, kendati ada pula anggota perempuannya. "Kami belum lama ini memecahkan rekor MURI, seluruh teman-teman se-Indonesia mengumpulkan karya. Tak hanya anggota saja tapi dibuka untuk umum, kami bagikan pola paper craft di website gratis. Pola diwarnai, baik secara digital maupun manual, lalu dirakit dan dikirim ke Jakarta. Terkumpul 2.692 paper craft dan berhasil meraih rekor MURI."
Komunitas yang berbasis hobi ini memang tak bisa memaksa anggotanya harus selalu aktif. "Jika sibuk, pasti harus mengutamakan kepentingan pribadi dulu," kata Rauf. Selain sukanya, Rauf mengaku ada pula duka yang dirasanya selama mengelola komunitas ini. "Saat sebuah perusahaan minta karya kami, lalu kami berikan penawaran biayanya. Eh, perusahaan itu merasa harganya terlalu mahal. Masih banyak orang menganggap "harga" paper craft itu murah. Padahal, yang mahal justru ide dan keunikannya. Unik karena tak banyak yang mau dan bisa mengerjakan."
Melalui komunitas ini, Rauf ingin mengajak orang-orang untuk lebih menghargai nilai kreativitas kertas. "Ada beberapa yang sangat menghargai kreativitas kami. Banyak perusahaan minuman, bank, akhirnya mengajak kami saat launching produk atau beriklan. Kami sudah punya bargaining position yang bagus berkat bantuan media massa. Termasuk bantuan anggota komunitas yang solid di daerah."
Hingga kini, kata Rauf lagi, sejak 2009 karya komunitas PERI Kertas sudah banyak menghiasi website internasional. "Mulai dari bentuk otomotif, bangunan, animasi, karakter game, pewayangan, candi, penari legong, leak, barong, reog Ponorogo, jam gadang, robot, sudah kami buat," papar Rauf. Lebih lanjut, kata Rauf, paper craft bisa membantu pengembangan motorik dan logika anak. "Anak yang diajari bikin kubus atau segitiga dari paper craft, daya motoriknya akan lebih bagus. Makanya saya ingin paper craft bisa masuk kurikulum sekolah dasar. Selain bahannya murah, desain bisa dicari lewat internet."
Berkarya dengan kertas juga dilakoni pria lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Trisakti, Ario Kiswinar Teguh. Bermula dari kerisauannya selama kuliah di jurusan DKV (desain komunikasi visual), ia merasa mengalami kebuntuan dalam berkarya, terutama menggambar. "Hal ini membuat saya harus mencari alternatif cara berkarya agar tetap bisa mengekspresikan pemikiran saya," tutur pria kelahiran Jakarta, 29 April 1986 ini.
KOMENTAR