Duduk di ruang tamu rumahnya di Desa Sukorejo, Malang (Jatim), wajah Misio (46) terlihat kuyu. Tatapan matanya terlihat kosong. Kondisi istri Misio, Sunarmi (36) setali tiga uang. Wajahnya murung dan hanya lunglai tidur di lantai dapur. "Saya tidak tahu kenapa saya diberi cobaan seberat ini," kata Misio sambil menghela napas panjang.
Bapak dua anak ini memang baru saja mengalami cobaan berat. Anaknya, Ida (22), ditemukan tewas di bawah jembatan. Belakangan diketahui, Ida meninggal dibunuh Ron, teman dekatnya. "Seluruh keluarga tak ada yang punya firasat buruk. Makanya begitu diberitahu polisi bahwa Ida tewas terbunuh, rasanya kepala ini seperti dipalu," ratap Misio saat ditemui di rumahnya, Kamis (7/2).
Pria berkulit gelap yang tinggal di Malang Selatan itu mengaku semakin kaget mengetahui pelakunya adalah Ron. Ia mengenal Ron sebagai pria yang pernah dekat dengan Ida. "Dulu setamat SMA memang sempat pacaran sekitar setahun. Setelah itu putus. Ida mengatakan, mungkin Ron bukan jodohnya. Makanya saya heran, kenapa Ida kembali berhubungan dengan Ron."
Hilang Tak Kembali
Misio mengisahkan, sekitar 5 bulan lalu, anak gadisnya itu bekerja di sebuah toko pakaian di Malang. Biasanya Ida seminggu sekali baru pulang ke rumah. "Tiap pulang, Ida selalu minta dijemput Hari, kakaknya. Transportasi umum untuk menuju rumah, kan, nyaris tidak ada," kata Misio.
Tanggal 23 Desember sore, Ida mengirim SMS pada Hari. Ia minta dijemput di tempat kerjanya esok pagi. Rupanya, itulah pesan terakhir Ida untuk keluarganya. Keesokan harinya menjelang menjemput adiknya, Hari mencoba kirim SMS untuk menanyakan jam berapa Ida minta dijemput. Namun, pesan Hari tidak dijawab. "Bahkan ketika Hari mencoba telepon, HP Ida malah enggak aktif," lanjut petani dan pedagang palawija ini.
Berkali-kali Hari mencoba kontak, tapi tetap tak menemukan jawaban. Hari pun tetap menjemput sang adik. Sampai di mess karyawan tempat adiknya bekerja, Hari kaget mendengar informasi bahwa Ida sudah meninggalkan tempat kerja kemarin sore. "Teman-teman kerjanya juga ikut kaget. Tiba-tiba saja Ida pergi setelah pulang dari toko. Bahkan, Ida tidak pulang ke mess."
Hari jelas panik. Ke mana adiknya pergi? Kabar ini segera sampai ke Misio. "Saya dan Hari bagi tugas untuk mencari Ida. Misalnya saja ke rumah saudara di Surabaya dan ke teman-temannya di Malang. Tapi, semuanya tak membuahkan hasil," papar Misio.
Hari berganti, Ida bak hilang ditelan bumi. Misio semakin tertekan jiwanya. Terlebih lagi Sunarmi, nyaris hari-harinya diisi dengan merenung dan menangis di dalam kamar. "Tak bisa diomongkan bagaimana kepanikan kami."
Sekian hari keluarga Misio dilanda kekalutan. Hilangnya Ida terus menyimpan misteri. Sampai tanggal 2 Januari 2013 pagi, misteri itu terkuak. Seorang perangkat desa datang ke rumahnya menyampaikan pesan, "Saya dipanggil ke Mapolresta Malang. Saya tak diberitahu kepentingannya, tapi firasat saya mengatakan, ini pasti soal Ida," ujar Misio.
Dugaan Misio tepat. Hanya saja yang tak terbayangkan, polisi menunjukkan foto mayat seorang gadis. "Saya langsung limbung tak sadarkan diri. Itu mayat Ida. Kepergiannya sungguh memukul batin saya."
Kini, Misio tinggal mengenangkan masa-masa manis semasa bersama Ida. Baginya, Ida dikenal anak yang baik. "Ia pendiam dan sangat penurut," ujar Misio.
Misio juga memuji anaknya yang terbilang sangat rajin. "Dia tak pernah membantah apalagi menyakiti hati orangtua. Oh ya, dia juga sangat rajin lo. Semasa masih sekolah, dia rajin membantu di dapur dan bersih-bersih rumah. Kalau Ida di rumah, dialah yang menghidangkan makanan untuk saya.," kenang Misio.
Itu sebabnya, Misio bertanya-tanya kenapa anaknya tewas dibunuh? Belakangan ia mendengar kabar, motif pembunuhan karena Ida minta pertanggungjawaban Ron soal kehamilannya. Bagi Misio, kabar ini merupakan tamparan keras. "Selama ini, Ida tak menunjukkan gelagat yang mencurigakan. Ia juga tidak tampak berbadan dua. Andaikata saya tahu dia sudah hamil, semua ini akan saya selesaikan sendiri. Saya akan minta Ron untuk menikahi Ida," kata Misio dengan wajah penuh kecewa.
Misio pun memendam pertanyaan soal hubungan Ida dan Ron. Ida mengaku hubungannya dengan Ron sudah putus. Apalagi selama ini, Ron juga tidak pernah main-main ke rumahnya. "Ternyata, mereka masih terus menjalin hubungan."
Harapan Misio, kelak hakim menjatuhkan hukuman berat pada Ron. "Kalau perlu hukuman mati. Sebab Ron telah membunuh dua jiwa, selain Ida juga janin yang dikandungnya," ujarnya tetap dengan suara lirih. Mata Ron melihat ke luar ruangan. Tatapannya masih kosong....
Akibat Hubungan Tanpa Status
Ditemui NOVA di Mapolresta Malang, Kamis (7/2) sama sekali tak ada raut penyesalan atau beban di wajah Ron (23). Pria tamatan SMP ini mengaku terus terang telah membunuh Ida. "Saya cemas mendengar Ida hamil. Ia minta saya bertanggung jawab. Sebenarnya saya tidak cinta pada Ida. Selain itu, Mei mendatang saya sebenarnya mau menikah dengan gadis pilihan saya," kata Ron enteng.
Inilah dalih Ron membunuh Ida. "Setelah Ida hamil, ia terus mendesak minta dinikahi. Makanya saya mengatur siasat untuk membunuhnya," papar Ron. Saat kejadian 23 Desember silam, Ron mengajak Ida bertemu. Sebelum janji menjemput Ida, Ron membeli racun tikus di toko bangunan, lalu mengoplosnya dengan minuman ringan bersoda.
Ron langsung menjemput Ida sepulang dari toko. Ia mengajaknya ke hotel melati yang berlokasi di kawasan Jl. Panji Suroso, Kodya Malang. "Malam itu saya sempat sekali melakukan hubungan badan dengan dia," aku Ron. Selanjutnya, Ron mengajak Ida makan malam. "Kami jalan-jalan naik motor. Nah, di tempat sepi, saya memberikan minuman beracun itu pada Ida. Ternyata, enggak ada reaksi. Saya jadi heran."
Karena aksinya gagal, Ron menyusun skenario lain. Ia mengeksekusi Ida di kamar hotel saat Ida tidur lelap. Ia membekap tubuh gadis bertubuh kecil itu dengan handuk sampai kehabisan napas. Di tengah sunyi malam, Ron menyelimuti jasad Ida dengan seprai dan memondongnya ke sepeda motor. "Saya naikkan jasad Ida ke motor, menuju jembatan tak jauh dari hotel. Lalu, jasadnya saya buang ke bawah jembatan. Saya pun kembali ke Surabaya," papar Ron, tanpa menunjukkan ekspresi sedih atau menyesal.
Kasatreskrim Polresta Malang AKP James Hatajulu, SiK, SH, didampingi Kasubag Humas AKP Dwiko, Kamis (7/2), mengaku cukup sulit mengungkap kasus ini. Sebab, saat jasad Ida ditemukan, tak ada identitas apa pun. "Singkat cerita kami yakin, pembunuhan itu dilakukan di hotel dekat jembatan. Kami harus mendata satu demi satu tamu hotel yang datang tanggal 23," ungkap James.
Iptu Lukman salah satu penyidik mengatakan, "Untuk mencari pelaku, kami sempat keliru sasaran. Sudah jauh-jauh datang ke pedalaman Probolinggo, ternyata salah."
Akhirnya, polisi mengarahkan kecurigaan pada Ron. Bahkan dengan teknik tersendiri, polisi berhasil menemukan nomor HP Ron. "Setelah yakin dia pelakunya kemudian mengetahui posisinya, barulah kami menjemput di Surabaya. Dari hasil interogasi dia mengakui semua perbuatannya dan menyebutkan identitas korban," jelas James yang akan menjerat Ron dengan pasal 340 KUHP tentang pembunuhan yang direncanakan.
Gandhi Wasono M
KOMENTAR