Pada tanggal 30 April 1980, Beatrix menggantikan ibunya, Ratu Juliana, yang pada saat itu sudah berusia 71 tahun, untuk memimpin Belanda. Ratu Beatrix dilahirkan pada 31 Januari 1938 di Soestdijk Palace di Baarn, Belanda sebagai anak sulung pasangan Ratu Juliana-Pangeran Bernhard of Lippe-Biesterfeld. Sejak lahir, ia sudah memiliki sejumlah gelar sekaligus, yaitu Princess Beatrix Wilhelmina Armgard of the Netherlands, Princess of Orange-Nassau, Princess of Lippe-Biesterfeld.
Nama tengah Beatrix diambil dari nama neneknya, Wilhelmina. Saat Beatrix berusia satu tahun, adiknya, Putri Irene, lahir. Setahun kemudian, ketika Perang Dunia II terjadi di Belanda, keluarga kerajaan Belanda mengungsi ke London. Sebulan setelahnya, Beatrix pindah ke Ottawa, Kanada, bersama Irene dan ibunya. Sementara ayah dan neneknya tetap tinggal di Inggris. Bersama para pengawal dan dayang-dayang, keluarga kecil ini di Kanada menghabiskan musim panas di Bigwin Inn di Lake of Bays.
Di sana, Ratu Juliana dan keluarganya dikenal berkat keramahannya yang membumi, memiliki rasa terima kasih dan penghormatan yang sangat besar kepada negara dan rakyatnya dengan cara menahan diri dari semua kemewahan yang ditawarkan cottage tersebut. Padahal, cottage ini pernah dinyatakan sebagai yang terbesar dan termewah di Kanada. Pada tahun 1943, Putri Margriet, adik kedua Beatrix, lahir.
Di negara itu pula, Beatrix sempat mengenyam pendidikan tingkat TK dan SD. Agustus 1945, keluarga kecil ini kembali ke Belanda setelah tentara Jerman yang ada di sana menyerah. Sebagai rasa terima kasih atas perlindungan yang diberikan kepada keluarganya, Ratu Juliana mengirim bunga tulip setiap musim semi tiba pada pemerintah Kanada.
Beatrix meneruskan SD di Belanda. Tahun 1947, adik ketiganya, Putri Christina, lahir. Setahun kemudian, Ratu Juliana menggantikan ibunya, Ratu Wilhelmina yang kala itu sudah berusia 68 tahun, untuk memimpin kerajaan. Saat itu usia Beatrix 10 tahun, dan dia sudah diperkirakan akan menggantikan ibunya sebagai ratu, kelak. Usia 18 tahun menjadi usia yang sangat istimewa bagi Beatrix. Berdasarkan undang-undang Belanda, Beatrix diberi gelar The Royal Prerogative.
Saat itu pula, Ratu Juliana mendaftarkan Beatrix di Dewan Negara. Di tahun yang sama, ia masuk kuliah di Leiden University. Selama kuliah, ia aktif mengunjungi berbagai organisasi internasional di Jenewa, Paris, dan Strasbourg. Ia juga aktif dalam kegiatan perkumpulan mahasiswa perempuan di kampusnya. Tahun 1961, Beatrix mendapatkan gelar sarjana hukum. Lima tahun kemudian, 10 Maret 1966, ia menikahi Claus von Amsberg, seorang diplomat Jerman.
Pernikahan ini sempat mengundang kontroversi dan protes di Belanda, mengingat Jerman sebelumnya menjadi musuh Belanda dalam Perang Dunia II. Pesta pernikahan mereka diwarnai dengan aksi pelemparan bom asap oleh sebuah kelompok yang mengakibatkan terjadinya perkelahian dengan polisi. Namun seiring waktu berjalan, Prince Claus menjadi salah satu anggota kerajaan yang paling populer dan dicintai rakyatnya.
Beatrix kemudian melahirkan tiga anak, yaitu Pangeran Willem-Alexander (1967), Pangeran Friso (1968), dan Pangeran Constantijn (1969). Dari ketiganya, Beatrix mendapatkan delapan cucu. Selama masa pemerintahannya, Beatrix dikenal sangat dekat dan dicintai rakyatnya. Sesuai undang-undang Belanda, ratu atau raja berkedudukan sebagai kepala negara, namun netral secara politik.
Selaku kepala negara, Beatrix rutin mengadakan pertemuan dengan perdana menteri, para menteri, dan sekretaris negara. Kendati terbilang sedikit memberikan pernyataan soal politik dalam negeri, Beatrix dapat dikatakan cukup malang melintang di percaturan politik internasional. Antara lain, menjadi anggota kehormatan Club of Rome, organisasi yang menangani berbagai macam masalah politik internasional. Yang menjadi anggota organisasi ini adalah para kepala negara, baik yang masih menjabat maupun mantan, juga pejabat PBB, dan para petinggi negara lainnya.
Didera Masa Suram
Tahun 2005, bertepatan dengan 25 tahun menduduki tahta kerajaan, Beatrix menerima penghargaan sebagai doktor kehormatan dari Leiden University, sebuah penghargaan yang biasanya enggan diterimanya. Tak hanya melewati saat menyenangkan, Beatrix juga mengalami masa-masa suram dalam hidupnya. Beberapa peristiwa yang dialaminya cukup membuatnya terguncang.
Oktober 2002, Prince Claus meninggal dalam usia 76 tahun setelah sakit dalam waktu lama. Peristiwa ini menjadi duka mendalam bagi rakyat. Satu setengah tahun kemudian, ibunda Beatrix meninggal setelah menderita penyakit kepikunan. Tak lama setelah itu, ayah Beatrix menyerah akibat kanker yang dideritanya pada Desember 2004. Pada 30 April 2009, Beatrix dan sejumlah anggota keluarga kerajaan menjadi target percobaan pembunuhan oleh pria bernama Karst Tates.
Tates menabrakkan mobilnya ke tengah-tengah parade di Apeldoorn dan mengarahkannya ke bus yang tengah ditumpangi Beatrix beserta rombongan. Peristiwa itu mengakibatkan sekitar sembilan orang meninggal dunia, termasuk Tates yang mengaku sengaja melakukan hal itu. Beatrix sangat syok karena peristiwa itu terjadi di depan matanya dan ditujukan baginya.
Ratu yang biasanya tidak berbicara di depan wartawan dan teve ini, langsung menyatakan belasungkawanya kepada para korban lewat siaran teve. Seakan belum berhenti didera cobaan, Beatrix harus menerima kenyataan bahwa sang putra Friso mengalami kecelakaan tertimpa salju saat bermain ski di Austria Februari tahun lalu. Hingga sekarang, Friso dalam keadaan koma. Konon, alasan pengunduran dirinya dari tahta adalah agar lebih fokus merawat Friso.
Kendati ia dicintai banyak rakyatnya dan pengunduran dirinya tidak akan menimbulkan krisis, keputusan dirinya itu sudah diharapkan banyak kalangan. Dalam pengumumannya yang disiarkan di teve pekan silam, Ratu Beatrix yang genap berusia 75 tahun pada 31 Januari ini menyatakan sudah saatnya kerajaan Belanda diserahkan kepada generasi baru. "Saya sudah memikirkan hal ini dalam beberapa tahun terakhir," ucap Beatrix.
Hasuna Daylailatu
KOMENTAR