Cuma mengutak-atik kalimat saja. Ha ha ha. Seiring dengan buku saya yang laris, kepercayaan orang kepada saya juga jadi meningkat dan mulai mengajak bermitra. Itu yang membuat usaha saya jadi lebih maju.
Seberapa penting marketing buat Anda?
Sangat penting, tapi jangan sampai over promise. Janjikan saja apa yang ada. Buat saya, malah saya balik. Kami janjikan sedikit, tapi yang didapat banyak. Jadi orang merasa sangat puas. Kepuasan pelanggan itu sangat penting. Meski tidak bisa menjamin, kami berusaha maksimal untuk itu, sehingga bisa melebihi harapan pelanggan. Kalau memang barang kami jelek, ya, kembalikan uangnya.
Mengapa tertarik mengajak orang berbisnis, bahkan menanamkannya sejak dini?
Jika Indonesia mau maju, ya, harus berbisnis. Untuk jadi negara maju, kita masih memerlukan pertumbuhan entrepreneur sebanyak 10 kali lipat dari yang sekarang ada. Taiwan, Australia, dan Singapura bisa maju karena pengusahanya banyak. Sementara kita, justru sebaliknya, mentalnya cenderung pemalas.
Selain TK, punya usaha apa lagi?
Saya punya Khadija Slimming. Itu bisnis pelatihan bagi orang-orang yang ingin punya usaha pelangsingan tubuh. Kami menyiapkan pelatihnya dan calon karyawannya kami latih sampai bisa. Untuk bisnis ini, kami juga membuka sistem kemitraan. Sekarang mitra kami untuk Khadija sudah ada 30 mitra. Saya juga punya lembaga pelatihan bisnis Kaia Training. Sejak awal 2012, saya berbisnis kaus pria, mereknya Rock Theory. Kaus ini sering muncul di teve, dikenakan para selebriti, misalnya Wendy Cagur.
Oh ya, Anda juga dikenal sebagai pakar otak kanan. Seberapa penting otak kanan?
Orang-orang yang memiliki otak kanan biasanya kreatif, imajinasi dan mimpinya besar. Itu sebabnya, kebanyakan mereka orang "gila". Biasanya pula, merekalah yang "menyetir" dunia. Jumlahnya memang sangat kecil, tak lebih dari dua persen penduduk dunia, antara lain Bill Gates dan Steve Jobs.
Lalu, sejak kapan jadi motivator?
Sebetulnya sudah sejak 2005, dimulai dari sekitar Batam. Tapi lebih sering diminta sejak 2007. Lalu, saya juga diminta jadi pembicara di berbagai seminar ke berbagai kota di Indonesia. Dari pada bolak-balik dan bikin capek, akhir 2011 saya dan keluarga pindah ke Jakarta.
Apa harapannya dengan memotivasi orang lain?
Bawaan saya sejak dulu adalah senang membawa perubahan positif kepada orang-orang, biasanya di bidang pendidikan. Bisa lewat buku, seminar, dan pelatihan. Tak lama lagi, politeknik yang saya dirikan bersama mitra akan beroperasi. Jangan lupa, staf kami juga harus berubah lebih baik hidupnya setelah bekerja dengan kami, baik dari sisi nafkah, iman, ilmu, pekerjaan, dan sebagainya. Jika hidup mereka masih tetap begitu-begitu saja, berarti kami sebagai pengusaha belum sukses. Saya mengizinkan karyawan bahkan sopir untuk punya usaha sambilan.
Jika ingin kaya, kayakan dulu orang lain. Sebisa mungkin begitu, walaupun tidak bisa menggaransi. Misalnya, buka usaha kaus. Reseller saya dapat untungnya jauh lebih besar dibanding saya, lho. TK Khalifa termasuk segelintir bisnis di Indonesia yang mitranya tak perlu bayar royalti fee tiap bulannya. Prinsip saya, kami untung, mitra pun harus lebih untung.
Lalu, untungnya dari mana?
Saya main di volume, jumlah. Bila jumlah mitranya banyak, saya, kan, jadi untung juga. Saya tidak membesarkan usaha sendirian dan tidak pernah berambisi seperti itu. Sebab jika ingin melipatgandakan pertumbuhan, harus tumbuh bersama. Termasuk dalam hal mengadakan seminar, saya bermitra dengan event organizer (EO) di kota setempat. Jika membesarkan sendiri, punya 2-3 cabang mungkin baru bisa dicapai dalam dua tahun.
Tapi dengan bermitra, 10 cabang bisa dicapai dalam satu tahun. "Kuenya" memang dibagi-bagi, tapi jumlahnya, kan, besar. Jika merek kita ada di mana-mana, positioning kita jadi kuat. Bila saya mau buka sendiri cabang di kota tertentu, akan lebih berat dibandingkan adanya mitra yang membantu buka cabang di sana, meski sebetulnya bisa-bisa saja. Tapi malah lebih cepat tumbuh ketika kita berbagi dengan orang lain. Jadi, kalau kita mau tumbuh, harus menumbuhkan orang lain.
Bagaimana dukungan istri dan keluarga?
Istru sangat mendukung. Tapi untuk terlibat langsung dalam bisnis, sih, memang tidak saya mengizinkan. Dia cukup mengurus keuangan saya saja, sambil mengasuh kedua buah hati kami, yang masih berusia 2 tahun dan 8 bulan.
Hasuna Daylailatu
KOMENTAR