Dari sekian banyak pedagang durian yang paling top dan dikenal bukan hanya warga Medan dan sekitarnya tapi juga turis lokal dan Manca Negara yakni Durian Ucok. Adalah Zainal Abidin Chaniago (44) yang lebi dikenal dengan sapaan Ucok Durian bagi orang sudah tak asing lagi.
Dengan menggelar dagangannya di Jl Iskandar Muda atau yang lebih ngetop kawasan Pringgan siapa yang tak tahu Ucok menjajakan duriannya di kedai duriannya hingga 24 jam. " Dulu buah durian ini dianggap buah yang kurang laku, tidak menguntungkan bahkan terbuang sia-sia. Tapi, sekarang seiring perkembangan zaman kebutuhan terhadap buah yang satu ini ini makin dicari orang. Lama kelamaan saya jadi sangat bergantung dengan buah yang berduri ini," ujar Ucok yang sebagian besar waktunya dalam sehari dia habiskan dengan bergelut buah durian.
Tak tanggung-tangung, Ucok Durian juga jadi salah satu ikon wisata kuliner kota Medan. Walau pun lokasi dagangan Ucok hanyalah sebuah emperan kaki lima di depan pertokoan tapi Ucok sanggup menyulap lokasinya ini seperti Kedai. Yakni, dia menyediakan meja dan kursi untuk tempat orang duduk menikmati buah durian.
Menurut Ucok, dia sudah bergelut di dunia durian sejak di bangku SMP. " Waktu itu kondisi keluarga saya memang pas-pasan, maka dengan terpaksa saya harus meninggalkan bangku sekolah dan menjadi buruh angkut di Pusat Pasar Pringgan," kisah Ucok menjelaskan pada tabloidnova.com bahwa pasar ini jaraknya sekitar 500 meter dari rumah ortunya.
Ucok putra kedua dari enam bersaudara ini haruslah menjadi tanggung jawab di keluarganya apalagi dia adalah anak lelaki pertama di keluarganya. " Seiring perjalanan waktu saya harus dihadapkan oleh dua pilihan dalam hidup. Kalau mau cari duit harus memilih jadi supir atau berdagang."
Akhirnya pilihan Ucok jatuh pada berdagang durian. " Saya sadar baru belajar mengenal buah durian saat saya jadi buruh angkut dan bersih-bersih buah durian saat para petani durian datang ke Pusat Pasar di Medan. Disitulah saya jadi tahu bagaimana memilah-milih buah durian yang bagus."
Pria tiga anak ini menegaskan, system penjualan dulu beda dengan sekarang. Dahulu," para petani dari berbagai daerah datang langsung ke Pusat Pasar dan petani ini menggunakan jasa angkut pemuda setempat salah satunya saya. Nah, sekali membersihkan setumpuk durian saya diupah Rp 500 untuk pekerjaan itu.".
Setelah dirasa cukup modal tahun 1999 Ucok pun mulai berdagang durian dengan modal Rp 1.750.000 dan dia sengaja datang ke kampung orang untuk beli durian. Namun, apa daya dia malah dicibir orang.
" Saya diejek orang kampug karena dengan modal segitu saya nekat membeli durian dan pasti besok saya tak akan datang lagi. Tapi, dari cibiran orang-orang itu justru saya jadi makin semangat," kata Ucok dengan terharu. Tidak dipandang orang memang dirasakan Ucok sangat menyedihkan. Tapi, dari situlah Ucok terus memotivasi dirinya untuk berjualan secara jujur.
Dengan motto kejujuran itulah akhirnya sekarang ucok bisa meyakinkan pembeli kalau duriannya ini manis, mau manis agak pahit dan rasanya legit Ucok bisa memberlakukan kejujuran untuk durian yang diiualnya.
Pelanggan Ucok pun sudah mengakui kehebatan Ucok dalam memilih buah durian yang sedap dan lezat ini. " Memilih buah durian mana yang enak dan lezat itu merupakan suatu keahlian dan tak semua orang bisa memilikinya. Untuk mengetahui buah durian yang mantap dan lezat tidak dapat dipelajari dalam kurun waktu sebentar dan.perlu waktu untuk mempelajarinya," tukas pria kelahiran Medan Januari 68' ini.
Kedai Durian Ucok yang berada di kawasan Pringgan itu sudah berusia sekitar 13 tahun. Awalnya, ia hanyalah seorang petugas penjaga malam di daerah itu, namun entah bagaimana akhirnya ia pun punya cara untuk bisa memanfaatkan emperan toko sebagai tempat untuk berdagang durian. Dari awalnya, masih mencari durian ke daerah-daerah kini petani durian itu yang mengantarkan durian padanya.
Kini, dengan hasil jerih payahnya Ucok sudah memiliki dua mobil bak terbuka dan sebuah mobil Grand Vitara yang juga digunakan untuk berkeliling dan berjalan-jalan ke luar kota. Ucok juga memiliki sebuah ruko senilai Rp 800 juta. Ruko berlantai dua ini pun juga sekaligus cabang Ucok Durian yang mampu menampung banyak pelanggan.
Sekarang Ucok juga sudah memiliki 17 orang karyawan. Sampai saat ini lokasi berdagang Ucok di dua tempat itu tak pernah sepi dari pembeli. Apalagi, saat malam Sabtu dan malam Minggu. Kadang pembeli harus antri karena meja dan kursi penuh sesak pembeli. Sangking banyaknya permintaan buah ini sesekali Ucok terpaksa harus berburu sendiri durian ini ke kampung-kampung di Sidikalang salah satu sentra durian di Sumatera Utara.
Pria ini pun mulai dikenal orang dikalangan petani durian di seantero Sumatera Utara bahkan Pekanbaru. Bahkan, Ucok pun tak segan-segan pergi ke suatu daerah untuk melihat hasil kebun durian disana.
" Dalam waktu dekat saya akan meninjau kebun durian ke Pulau Bangka Belitung karena saya dengar disana katanya kebun durian begitu banyak pohonnya," ungkap Ucok yang sering berkeliling daerah seperti Sidikalang, Karo, Pematang Siantar, Langkat, Padang Sidempuan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun hingga Pekanbaru ( Riau ).
Saat ini Ucok sudah merasakan nikmatnya berdagang durian ini. " Perputarannya sangat cepat sekali. Saya sendiri sudah merasakannya. Buah ini banyak memberikan berkah buat saya dan keluarga," papar Ucok tersenyum. Dalam satu hari bayangkan saja Ucok bisa menjual rata-rata 5 ribu buah durian. Setidaknya dalam sehari Ucok bisa meraup keuntungan Rp 2 juta.
Permintaan pun, kata Ucok, kian terus bertambah jika masa liburan anak sekolah, Lebaran, Tahun Baru dan Imlek. " saya justru pusing dan stress kalau tak ada durian apalagi pas lagi tidak musimnya. Sebab, kalau pun ada durian 2 ribu - 3 ribu per hari tapi saya dianggap bukan pedagang durian. Karena terlalu sedikit. Maka perlu bagi saya untuk terus meluaskan jaringan mengumpulkan durian dari berbagai daerah."
Dengan menjalin hubungan baik itu Ucok dapat terus memerolah buah durian meski durian sedang tak musim. " Bulan maret hingga Mei bukan musim durian. Saat itulah saya mengandalkan hubungan pertemanan tadi. Dari sekian tahun berdagang durian setiap hari saya jadi tahu ada durian sudah matang di daerah mana. Itulah gunanya saya punya banyak teman di kampung - kampung ."
Untuk menggiurkan pembeli jika mampir ke kedai Durian Ucok salah satunya adalah bila rasa buah tak enak atau tak sesuai selera pembeli boleh menukarnya. " Saya juga sudah menyiapkan wadah jika ada pembeli dari luar kota ingin buah durian ini sebagai oleh-oleh."
Agar tak report membawa buah ini bulat-bulat dan nantinya tidak tercium penumpang kiri kanan buah durian nantinya. Ucok sudah menyediakan wadah lalu disusun durian dan atasnya ditutup dengan kertas dan diatas kertas ditaburi kopi agar bau durian tidak menyengat. Satu wadah dipatok Ucok harganya mulai dari Rp 100 ribu - Rp 400 ribu.
" Pelanggan yang sudah sering beli pada saya mereka bisa menelpon saya untuk pemesanan dan karyawan saya akan mengantarkan ke hotel atau langsung ke bandara," aku Ucok. Untuk lebih meningkatkan pelayanan, memang jadi rancangan siapa saja terutama bagi Ucok untuk menjaring pelanggah lebih banyak lagi. Bhakan Ucok juga memiliki niat untuk terus mengembangkan pelayanan dengan membuka gerai durian yang lebih luas dan lebih elite lagi.
Debbi Safinaz
KOMENTAR