Suatu ketika di bulan September 2011, seperti biasa Hari menjemput Yuni usai jam kerja. "Saya ajak jalan-jalan dengn motor ke kawasan perbukitan yang ada di wilayah Nongkojajar." Di daerah perbukitan yang sepi itu, Hari mengajak Yuni berintim-intim di antara rerimbunan pohon. "Awalnya dia menolak karena tempatnya dianggapnya kurang pas tapi akhirnya mau. Saya akui, ketika itu saya agak sedikit memaksa. Tapi setelah itu Yuni menerima dan biasa-biasa saja. Ya, namanya juga suami istri."
Seminggu berselang, Hari kaget bukan kepalang ketika menerima surat panggilan dari kepolisian tentang dugaan ia telah melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Bahkan usai diperiksa, Hari ditetapkan sebagai tersangka. "Saya heran, menggauli istri sendiri, kok, disalahkan?" ungkapnya.
Uniknya, pasca pelaporan polisi itu, Hari mengaku masih tetap aktif berhubungan intim dengan Yuni seperti sebelumnya. "Malah Yuni bilang, sebenarnya dia tidak berniat melaporkan saya ke polisi. Semua itu atas paksaan keluarganya. Yuni sendiri terpaksa mengaku habis berhubungan badan di hutan setelah ketahuan bajunya kotor kena noda lumpur di perbukitan itu," jelas Hari.
Bahkan, kata Hari, istrinya sempat menangis ketika ia ditahan saat perkaranya mulai dilimpahkan ke kejaksaan. "Saya tahu persis karakter Yuni. Dia masih mencintai saya tapi orangtuannya berusaha keras memisahkan kami," ujar Hari pasrah. "Di persidangan Yuni juga sempat mencabut perkara di depan hakim, sekaligus mengatakan masih cinta saya. Sayangnya, pengakuan Yuni itu sama sekali tak dijadikan bahan pertimbangan oleh hakim," ujar Hari yang dijatuhi hukuman selama 1 tahun 3 bulan.
Hari menduga, orangtua Yuni memang sudah memiliki rencana untuk memisahkannya dari Yuni. "Saya rasa, orangtuanya juga yang minta Yuni menggugat cerai di pengadilan agama. Bahkan putusan cerainya sudah jatuh. Padahal, sebelum ditahan, saya sudah sempat digugat cerai tapi gugatan itu ditolak hakim sebab di persidangan istri saya bilang masih mencintai saya," kata Hari yang saat ini masih melakukan upaya banding atas putusan cerainya itu.
Jadi Novel
Hingga kini, Yuni secara diam-diam masih sering menjenguk Hari di rutan Bangil sepulang bekerja. "Yuni bilang, dia masih ingin melanjutkan perkawinannya dengan saya. Malah dia mau melindungi saya dari orangtuanya selepas saya dari penjara."
Di tiap pertemuan, termasuk semua kalimat yang diucapkan Yuni, "Saya catat di buku harian. Ini adalah novel saya," kata Hari yang saat ini tengah berbunga-bunga karena 40 hari lagi akan bebas dari tahanan.
Kuasa hukum Hari, Suryono SH, sejatinya keberatan kliennya dijatuhi hukuman 1 tahun 3 bulan. "Dari sisi norma, yang dilakukan Hari terhadap istrinya memang tidak tepat. Tapi dari sisi hukum pidana, sebenarnya dia tak bisa disalahkan karena masih terikat suami-istri," kata Suryono yang tengah mengadukan sang hakim ke Komisi Yudisial.
Dicap Cacat Kepribadian
Penuturan Hari bertolak belakang dengan kisah Rosihan Anwar (53), ayah Sri Wahyuni atau Yuni. "Mana ada orangtua yang berniat menceraikan anaknya? Semua ini memang keinginan anak saya sendiri karena sudah tak tahan pada perlakuan Hari," katanya.
"Kalau boleh jujur, sejak awal Hari sudah "cacat" kepribadian. Yang paling fatal, dia nikah siri tanpa sepengetahuan kami. Bayangkan, sebagai orangtua apa saya tidak tersinggung? Saya ini masih hidup, kok, anak saya dinikahi secara sembunyi-sembunyi. Nikah siri itu kami ketahui setelah Yuni berbadan dua," tutur Anwar dengan nada gusar.
Kendati demikian, ia mengaku berusaha sabar dan tetap menerima menantunya. Terbukti, Hari kemudian dinikahkan secara resmi dengan pesta yang cukup meriah. Sayangnya, lanjut Anwar, seiring waktu menantunya itu dianggap tak bisa memperbaiki diri. "Setelah menikah, bukannya berbuat baik tapi malah menyia-nyiakan istrinya. Bayangkan saja, dia tak mau bekerja. Siang cuma tidur, kalau malam keluyuran," tambah Anwar.
Lalu apa kata Yuni? Ia mengaku masih sering menjenguk Hari di rutan dengan alasan kasihan. "Bagaimana pun dia tetap ayah dari anak semata wayang saya. Saya juga tetap kasih dukungan ke dia." tutur Yuni sambil berkata, ia sebenarnya tak tega melaporkan suaminya ke polisi. Namun ia ingin agar suaminya jera dan kejadian di hutan itu tak terulang lagi. "Habis bagaimana, kejadian itu menyakitkan buat saya," kata perempuan berwajah manis itu sambil menahan tangis.
Yuni juga merasa trauma dengan perkawinan yang pernah dijalaninya. Hatinya hancur mengingat apa yang telah dilakukan Hari. Terlebih kini banyak rekan kerjanya yang mencibir bahkan diam-diam dijadikan bahan obrolan di dunia maya. "Sungguh, kepedihan hati saya sudah sampai menusuk ke ulu hati," kisah Yuni sambil terisak.
Andaikata tak perlu pekerjaan, "Mungkiin saya sudah memutuskan keluar dari kantor. Berhubung saya punya anak yang masih perlu biaya, saya berusaha menahan semua kepahitan ini," katanya.
Gandhi Wasono M.
KOMENTAR