Bila anak-anak Anda sudah memperlihatkan hobi memasak, cepatlah diajari cara memasak yang aman dan benar. Namun bila tak punya waktu, cobalah disalurkan ke lembaga culinary yang ditangani para ahlinya. Di Jogja, kini ada mal yang berada di Jl. C. Simanjuntak berkonsep one stop learning. Salah satu unitnya membuka kelas Cooking for Everyone.
Paket yang diajarkan 20 persen teori dan sisanya praktik di dapur berstandar internasional. Tujuan dibukanya kelas culinary ini, menurut Ketua Program dan Operasional Ion Culinary College (ICC), Kusnadi, adalah membuat pencinta kuliner mulai dari anak-anak hingga orang dewasa mengerti tentang dunia kuliner.
"Ini lembaga kursus formal di bidang kuliner. Sekarang ini tempat makan sedang menjamur, banyak orang ingin buka usaha kuliner. Terlebih di teve makin banyak acara kuliner. Orang makin pintar soal kuliner. Tapi juga banyak orang jualan makanan menggunakan bahan yang tak baik untuk dikonsumsi. Nah, di sini kami mengenalkan dan mengajarkan cara masak yang benar. Mulai dari pengenalan alat, bahan, hingga cara menyajikan dan menyimpan yang benar," jelasnya.
Ada dua jenis kelas yang dibuka: Fun Cooking Class yang sifatnya sekali datang, dengan jam belajar maksimal 3 jam. Sementara kelas reguler dibuka dengan jenjang waktu antara 1 bulan hingga 3 bulan. "Per bulan ada empat kali pertemuan. Sekali pertemuan durasinya 3 jam. Peserta reguler akan mendapatkan appron chef, bahan baku menu yang akan dipelajari, dan sertifikat. Untuk Fun Cooking Class hanya mendapat bahan baku menu, produk boleh dibawa pulang. Appron-nya dipinjami. Kedeuanya sama-sama menggunakan peralatan dapur berstandar internasional," tambah Kusnadi.
Sejak dibuka tahun lalu, tandas mantan chef hotel di Bandung ini, peminat Fun Cooking Class sangat banyak, terlebih di masa liburan sekolah. "Peminatnya mulai dari anak Tk, remaja, hingga ibu rumah tangga. Di musim liburan Juni lalu kelas terselenggara dari pagi hingga menjelang magrib baru selesai."
Dalam satu kelas memasak yang fun itu, jumlahnya dibatasi. "Maksimal 20 orang. Lebih dari itu, dibagi dua shift," terang Kusnadi. Agar tidak heboh, sebelum masuk ke dapur anak-anak dikumpulkan di ruang demo untuk dibekali pengetahuan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di dapur. Juga dikenalkan cara pemakaian oven dan alat dapur lainnya.
"Menu yang dipraktikkan pun yang simpel. Misalnya membuat salad atau cookies. Adonan cookies kami yang buat, anak-anak tinggal berkreasi. Selanjutnya kami yang membakar. Mengingat tingkat bermain anak amat tinggi, misalnya harus masak pakai kompor, kami pakai yang low presseur sehingga aman buat anak-anak."
Agar anak-anak tambah semangat, "Kami iming-imingi, bagi yang produknya bagus akan kami beri hadiah. Biasanya anak-anak senang dan tambah semangat." Menurut Kusnadi, anak-anak yang belajar masak selama ini atas kemauan sendiri. Terkadang ada yang datang satu jam sebelum kelas dimulai.
Untuk sekali pertemuan di cooking class, IIC menarik bayaran Rp 75 - 100 ribu per anak "Tapi ada juga anak yang minta dua sampai tiga kali pertemuan. Bahkan ada yang minta tujuh hari berturut-turut. Nah, yang begini biasanya menu yang kami siapkan ditambah tingkat kesulitannya."
Rini. S
KOMENTAR