Banyak cara yang bisa dilakukan orangtua untuk mengasah kreativitas dan kecerdasan anak, salah satunya memberi pengetahuan soal robot. Tujuannya, tak hanya mengandalkan otak kiri saja, juga sekaligus mengasah kemampuan otak kanannya. "Di Robotic terkandung banyak ilmu, dari matetematika, science, team work, leadership, seni, dan banyak lagi," kata Handry Khoswanto, ST, MT (34) pendiri IT-Smart Robotic dan Computer Education di Surabaya, sejak 2006.
Handry lalu memberi contoh kegiatan di Robotic. Bagi peseerta pemula yang terdiri dari anak usia 5 tahun akan diajari merangkai robot, berdasarkan gambar satu dimensi namun hasilnya bisa sesuai dengan keinginan dan imajinasi si anak.
Selanjutnya, si anak diarahkan membuat bentuk dari satu dimensi ke dua dimensi. Lalu berkembang menjadi bentuk nyata tiga dimensi. Ketika menyusun beraneka macam bentuk robot, otak kanan anak dominan bekerja sebab berkaitan dengan seni. "Jika si anak suka menggambar, saat membuat robot akan terlihat kelebihannya. Misalnya, robotnya akan jadi bentuk binatang, dengan komposisi yang selaras pada bagian tubuhnya, mulai dari kaki hingga kepala," urai Handry.
Untuk anak usia SD kelas 2, pelajaran yang didapat akan makin meningkat, selain membentuk robot, si anak akan mulai diperkenalkan pada programa. Misalnya, membuat perhitungan kecepatan jalan robot, saat robot harus berbelok, atau mengaktifkan sensor robot. Dunia robotic, kata Handry, bagaikan dunia tanpa batas. Imajinasi anak bisa dituangkan dalam bentuk robot.
"Yang membuat materi pembelajaran sangat efektif, sehingga ketika si anak menuangkan kreativitasnya, ada dalam suasana gembira. Penuh permainan tapi kental unsur pengetahuan."
Tak ada kata terlalu awal untuk memperkenalkan seni dan budaya kepada anak. Sanggar Jawa Jawi Java (JJJ), Jl. BDN II No.49, Cilandak, Jakarta Selatan, bisa menjadi tempat untuk memperkenalkan budaya lokal ke anak-anak. Seni tari Jawa, misalnya, diajarkan kepada anak usia 3 tahun di sanggar ini.
Ingin membatik, gamelan, jadi dalang, atau membuat tie dye? "Ingin melakukan semua kegiatan dalam satu hari juga bisa. Ikut saja program field trip," ujar Tini, pengurus harian sanggar JJJ. Paket field trip ini jumlah pesertanya minimal 15 orang. Untuk kursus selama 1-2 hari, JJJ juga punya paketnya. "Tergantung keinginan dan kebutuhan peserta," lanjut Tini. Namun peserta yang ambil paket harian tak bisa ambil kelas gamelan. Pasalnya, "Bermain gamelan minimal butuh 8 orang karena masing-masing pegang instrumen berbeda. Agar ada harmonisasinya."
Kelas yang paling banyak menyedot peminat adalah kelas batik dan gamelan. Untuk kelas batik dan tie dye, JJJ menggunakan pewarna sintetik dan alami yang relatif lebih aman untuk anak. "Anak usia 3 atau 4 tahun sudah bisa ikut kelas tie dye. Biasanya mereka sangat bersemangat karena menyenangkan dan hasil karyanya bisa dibawa pulang."
Kelas seni internasional seperti modern dance, saxophone, dan aikido juga dibuka di sanggar yang berdiri di bawah Yayasan Adnyadna Jawa Dwipa sejak 20 Agustus 2008 ini. Untuk setiap kelas yang berdurasi selama 1,5 hingga 2 jam ini, JJJ mematok harga beragam. Kelas membatik Rp 150 ribu, dan paket field trip Rp 50 ribu - Rp 75 ribu per siswa. Jika usai liburan Si Kecil masih ingin belajar seni budaya di JJJ, Anda tinggal membayar harga berbagai kursus (sebulan 4 kali pertemuan) antara Rp 150 ribu hingga Rp 500 ribu.
Gandhi, Ajeng
KOMENTAR