Saat tabloidnova.com bertandang ke rumah tersebut, saudara perempuan Novi nomor empat, Lina, menolak difoto. "Tapi kalau mau foto rumah kami silakan saja, ambillah sepuas-puasnya foto rumah kami ini," ujarnya . "Saya kasihan dengan anak sulung saya, Kalau di sekolah dia sering ditanyai teman-temannya karena membaca kasus tentang tantenya di koran," imbuh Lina dengan wajah sendu.
Menurut Lina, setelah ayah mereka Legimin meninggal saat usianya 12 tahun dan Novi 5 tahun, sejak itulah mereka berpindah-pindah rumah. "Zaman dulu kami memang susah sekali. Rumah terus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Hingga akhirnya saya pun menikah dua belas tahun yang lalu dan suami mengajak saya tinggal di Binjai, Sumatera Utara. Nah, saat saya di Binjai itulah Novi sering main ke rumah saya dan lama-lama dia pun tinggal di rumah saya," jelas Lina.
"Adik bungsu kami Novi itu memang pekerja keras. Apa saja dikerjakannya bahkan jadi sales pun Novi tak malu. Walau pun pintar tapi Novi cuma tamatan SMP, " ujar ibu dua anak ini sedih.
Hingga suatu kali di pertengahan tahun 2005, tiba-tiba Novi menelepon ibu mereka Asmawati kalau dia sudah berada di Jakarta. "Tentu saja kami kaget kok tanpa memberitahu lebih dahulu dia sudah berada di Jakarta," kata Lina menjelaskan saat itu Novi mengaku ikut-ikutan artis untuk jadi model.
"Kami tahu dia kerja jadi model, selebihnya kami tak tahu lagi apa profesi dia. Hingga, saat peristiwa itu terjadi kami tahunya malah dari televisi." Karena Asmawati, ibu Novi sering sakit-sakitan, rumah yang dibangun Novi untuk ibu dan ayahnya juga ditempati oleh Lina.
Sejak kasus itu, lanjut Lina lagi, mereka berdua dengan ibunya terus-terusan menangis. " Ibu juga jadi susah makan. Kalau disuruh makan, dia hanya bisa menelan nasi sesendok saja. Selebihnya ditinggal begitu saja. Ibu memang tak kuat kalau sudah membayangkan Novi, ibu bilang bagaimana makan Novi dan dimana tidurnya," ujarnya.
Ia mengakui Novi tulang punggung keluarganya,"Setelah Novi ditahan kami enggak punya ongkos untuk melihatnya ke Jakarta."
Menurut Lina, Novi sering sekali membantu saudara-saudaranya yang masih serba kekurangan. " Dia sering ngasih uang buat ibu, abang bahkan kakaknya. Dia anak bungsu dari enam bersaudara. Kalau dia kami suruh menikah, Novi selalu bilang lihat keluarganya mapan dulu baru dia siap menikah. Kalau ingat-ingat omongannya itu kami jadi sedih dan tak sanggup untuk mengingat-ingat kondisinya sekarang ini," ujar Lina kepada tabloidnova.com.
"Biasanya setahun dua kali Novi pulang ke kampug halamannya di Tebing Tinggi. Kalau sudah Lebaran dia suka lama di rumah. Saat berada di rumah pun Novi lebih banyak diam saja. Enggak banyak ngomong. Anaknya memang pendiam tapi mudah bergaul. "
"Kalau kami datang melihat Novi ke Jakarta, dia selalu ajak kami jalan-jalan. Kami juga diajak keliling Jakarta bahkan kalau kami mau pulang ke Tebing Tinggi, Novi akan membelikan kami oleh-oleh. Pokoknya, kalau kami ke Jakarta, Novi selalu melayani kami dengan baik. Semua sedih megingat nasibnya sekarang. Kasihan dia, siapa yang menemaninya disana. Yang kami inginkan sekarang, janganlah Novi itu dihukum berat. Kasihan, dia masih muda, perjalanan hidupnya ke depan masih panjang dan siapa lagi tulang punggung di keluarga kami," ujar Lina.
Rabu (17/10) lalu Asmawati (53) dan suaminya Suhardi alias Ucok (45) pergi ke Jakarta menjenguk Novi. "Saya juga kasihan dengan ibu karena kondisinya kurang fit. Saya sudah bilang pada ibu apa bisa melihat Novi ke Jakarta. Tapi, ibu usahakan juga untuk ke Jakarta, agar bisa memberikan semangat dan dukungan buat Novi," ujar Lina menutup obrolannya.
Debbi Safinaz
KOMENTAR