Sudah tiga bulan lebih Rahayu Noviandini (6) alias Ayu berbaring tenang di pemakaman keluarga di Kampung Patrol, Kecamatan Leuwigoong, Garut (Jabar). Namun perasaan amat kehilangan masih dirasakan sang bunda, Lilis Mariyani (33) dan neneknya, Kasiyati (50). Saat ditemui di rumahnya pekan silam, Lilis dan Kasiyati masih memendam duka. Mata mereka pun kerap berkaca-kaca saat menceritakan kepergian Ayu. "Tentu kami sangat sedih. Bayangkan, Ayu meninggal karena dibunuh oleh Sev, Juni silam. Kami tidak menyangka, Sev yang tetangga dekat kami tega membunuh Ayu dengan kejam," tutur Lilis.
Peristiwa pembunuhan yang menggemparkan Kampung Patrol ini sudah disidangkan Pengadilan Negeri Garut. Sev yang saat peristiwa terjadi berlangsung masih berusia 16 tahun sudah divonis 7 tahun penjara Agustus lalu. "Buat saya, hukuman itu terlalu ringan. Tidak sebanding dengan perbuatannya yang keji. Kami ingin dia dihukum berat," imbuh Kasiyati.
Kasiyati menambahkan, warga kampungnya juga tidak terima dengan jatuhnya hukuman itu. Warga yang marah seusai sidang putusan Senin (27/8) lalu, langsung merusak rumah Sev yang jaraknya tak terlalu jauh dengan rumah Kasiyati. "Warga memang kesal dengan perbuatan Sev. Dulu, tak lama setelah kejadian ini, warga juga mengusir keluarga Sev dari kampung ini," paparnya.
Masih jelas dalam ingatan Lilis saat anak sulungnya itu meninggalkan rumah, Kamis (7/6) silam. "Seperti biasanya, selepas Magrib Ayu pamit mengaji ke masjid. Tak jauh, kok. Hanya berjarak beberapa rumah saja. Biasanya, Isya sudah kembali ke rumah. Sebelumnya, dia dijemput Anisa, adik Sev, yang umurnya 8 tahun" kisah Lilis.
Namun tak seperti biasanya, Ayu tak kunjung pulang. Kasiyati segera mencari, sementara Lilis menunggu di rumah. "Saya mesti menjaga adik Ayu yang waktu itu baru berusia dua bulan," lanjut ibu dua anak ini.
Kasiyati lalu melanjutkan cerita Lilis. "Saya segera ke masjid. Namun kata guru ngajinya, Ayu tidak ikut mengaji. Ayu sempat sebentar ke masjid menitipkan mukena dan buku Iqra. Habis itu, pergi lagi bersama Anisa. Ayu dan Anisa memang bersahabat akrab. Mereka sering main bersama. Belakangan saya dapat info dari teman-teman Ayu. Katanya, Ayu diajak Anisa ke rumahnya untuk mengambil jaket. Tapi setelah itu mereka tidak kembali ke masjid."
Segera saja Kasiyati menuju rumah Sev yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari masjid. "Saya tanya Anisa, tapi dia diam saja. Yang menjawab Sev. Katanya, Ayu memang sempat ke rumahnya, tapi tidak lama. Ayu terus pulang," lanjut Kasiyati yang tentu saja sangat bingung dengan hilangnya Ayu.
Kasiyati juga menambahkan, Sev tinggal di rumah itu bersama tiga adiknya. Orangtuanya jadi TKI di Arab Saudi. Berdampingan dengan rumah Sev, tinggal kakek-neneknya. "Saat saya tanya, kakek-nenek Sev juga tidak tahu keberadaan Ayu. Setelah itu, kabar hilangnya Ayu diumumkan di masjid lewat pengeras suara. Isinya, siapa saja warga yang rumahnya kedatangan Ayu, minta tolong agar Ayu dipulangkan."
Namun tetap tak ada tanda-tanda Ayu ditemukan. Gadis cilik itu seperti hilang ditelan bumi. Tak ada warga yang tahu di mana Ayu berada. Mereka pun segera bersama-sama mencari. "Hari itu, kan, malam Jumat. Ada warga yang menduga-duga, Ayu dibawa makhluk halus. Makanya warga mencari ke mana saja dengan senter dan petromaks. Ada yang ke kebun dan kali. Saya juga ikut mencari. Saya cemas luar biasa," imbuh Kasiyati.
Dalam hati kecil Kasiyati tetap menduga, Ayu berada di rumah Sev. "Soalnya selama ini Ayu tak pernah pergi jauh. Tak mungkin malam-malam dia berani main sendiri. Saya sempat dua kali masuk ke rumah Sev, tapi Sev tetap mengaku tidak tahu-menahu tentang Ayu. Saya sempat curiga melihat ada karung di bawah tempat tidur. Tapi, Sev melarang saya memeriksa. Katanya, karung itu berisi barang-barang milik ayahnya."
Sampai saat itu Kasiyati belum mencurigai Sev. Pasalnya, Sev terlihat ikut bingung. "Bahkan, Sev juga ikut mencari-cari Ayu. Sementara itu, warga mulai mencari Ayu sampai ke luar kampung. Saking bingungnya, saya ikhtiar bertanya ke orang pintar di Garut. Orang pintar itu ikut ke kampung kami. Dia mengibaskan kain milik saya di dekat masjid."
Informasi dari orang pintar itu justru membuat Kasiyati cemas. "Dia mengatakan, Ayu berada di dalam air. Dia juga mengatakan, Ayu sudah di surga. Saya tidak begitu paham makna ucapannya. Tapi sungguh, saya mengkhawatirkan nasib cucu saya," papar Kasiyati.
Lilis menambahkan, usai menidurkan si bungsu Dewi Rengganis, ia sempat ikut mencari Ayu. Kabar hilangnya Ayu juga ia sampaikan kepada suaminya, Dian Herdiansyah, yang kala itu sedang bekerja di Bandung. "Saya baru bisa mengontak suami sekitar jam 21.00. Malam itu juga, dia segera pulang," ujar Lilis.
Pikiran buruk sempat membayangi Lilis. "Jangan-jangan ada orang yang berbuat jahat pada Ayu. Ayu, kan, pakai perhiasan anting dan kalung. Saya mengira, mungkin ada orang yang merampas perhiasan Ayu," katanya yang saat itu tak bisa berhenti menangis. "Malam itu juga, Pak Lurah lapor polisi," imbuhnya.
Detik demi detik berlalu dengan penuh kecemasan. Menurut Lilis, suasana malam Kampung Patrol yang biasanya sepi, jadi ramai. Tak ada warga yang tidur. Semua berupaya menemukan Ayu. Menurut Lilis, salah satu pusat pencarian adalah rumah Sev. "Sebab, kabar terakhir, kan, Ayu bersama Anisa. Polisi juga memeriksa rumah Sev."
Jarum jam terus berjalan, hingga pukul 02.00 dini hari warga dikejutkan dengan keberhasilan polisi menemukan Ayu di rumah Sev , namun dalam kondisi sudah tak bernyawa. "Mayat Ayu dimasukkan ke dalam tong berisi air dan ditutupi pakaian kotor. Jangan tanya perasaan saya saat itu. Jelas sedih luar biasa melihat Ayu dalam kondisi mengenaskan. Saat itu juga, jasad Ayu dibawa ke Rumah Sakit Garut. Setelah diautopsi, Ayu dimakamkan di pemakaman keluarga," papar Lilis seraya mengatakan, polisi juga menemukan anting dan kalung Ayu di lemari milik Sev.
Henry Ismono / bersambung
KOMENTAR