Warga Simo Prona Jaya III Surabaya tak begitu saja percaya mendengar ucapan Ja yang mengatakan, istrinya Sunarsih (46) dan adik iparnya Supiati (34), meninggalkan Surabaya menuju Subang pada Selasa (31/7) lalu. "Katanya Sunarsih dan Supiati naik pesawat Garuda jam 24.00. Mana ada pesawat ke Subang tengah malam begitu?" tukas Imam Azhari (54), tetangga depan rumah Ja merasa curiga.
Masih kata Ja, seperti ditiru Imam, dua perempuan itu buru-buru pulang kampung lantaran anak semata wayang Ja dan Sunarsih, Alif (3), tengah sakit di desanya. Imam juga menambahkan, kakak-beradik ini tak akan kembali ke Surabaya karena sudah ada rumah besar di Subang untuk ditempati. Alasan Ja, menurut Imam, tampaknya terlalu mengada-ada. "Kalau benar mau pindah, pasti mereka pamit dulu ke tetangga. Keduanya, kan, warga asli sini."
Kecurigaan Imam semakin menjadi ketika sang istri, Sri, mendapati Ja memperbaiki lantai ruang belakang rumahnya setelah mengatakan kepergian Sunarsih dan Supiati ke Subang kepada tetangga. Ja bahkan mendatangkan tukang untuk memasang keramik di ruangan belakang rumah itu. Padahal, kata Imam, sebelumnya ruangan itu juga sudah ada keramiknya. "Saat ditanya istri saya, Ja bilang, supaya lebih bagus. Kan, rumahnya mau dikontrakkan," sebut Imam yang lagi-lagi merasa sangsi dengan jawaban Ja.
Bongkar Keramik
Ja memang kemudian mengontrakkan rumah yang sesungguhnya milik sang adik ipar, Supiati, kepada Newi, salah seorang warga di sekitar Simo Prona Jaya. Nilai kontraknya Rp 4 juta untuk jangka waktu dua tahun. Setelah mengosongkan rumah dengan menjual perabotan ke tukang loak, barulah Ja berpamitan kepada para tetangga. "Katanya mau menyusul Sunarsih ke Subang. Waktu pamit dia terlihat sopan sekali. Malah, dia mencium tangan kami satu per satu. Tak biasanya dia begitu," imbuh Imam.
Kepergian Ja semakin menambah kejanggalan yang dirasakan warga sekitar. Apalagi, beberapa warga mulai didatangi sosok Sunarsih dan Supiati lewat mimpi mereka. Dalam mimpi mereka, keduanya merintih minta tolong dari dalam rumah. "Ada tiga warga yang mimpinya persis sama, di malam yang sama pula," cerita Imam.
Tak tahan memendam curiga, Sabtu (11/8) malam, warga sepakat membuka paksa rumah milik Supiati dan memeriksa apa yang telah terjadi di sana. "Setelah berhasil membuka pintu depan, kami ke kamar belakang dan melihat bekas pasangan keramik itu," tukas Imam seraya melanjutkan, tak lama mulai tercium bau tak sedap dari lantai itu yang kemudian dijebol warga.
Setelah dibongkar dan digali lebih dalam, terkejutlah warga. Sesosok jasad terkulai di sana. Warga menduga, jasad yang semula hanya terlihat bagian perutnya itu adalah Supiati. Saat itu juga, mereka langsung lapor polisi untuk dilakukan penggalian lebih lanjut. "Tadinya kami yakin, yang dibunuh hanya Supiati. Tapi setelah petugas forensik terus menggali, ternyata Sunarsih juga ada di lantai yang ditutupi keramik itu," papar Imam.
Pencarian polisi langsung mengarah ke Ja. Tak makan waktu lama, Senin (13/8) lalu, pria yang sehari-harinya tak punya pekerjaan tetap ini diringkus di rumah istri mudanya, Rodiah, di Desa Cilangkap, Purwakarta (Jabar). Kini ia pun harus meringkuk di ruang tahanan Mapolda Jatim.
Kepada wartawan dan pihak kepolisian, Ja mengakui semua perbuatannya secara gamblang. Tak terucap kata penyesalan dari mulut lelaki asal Subang itu. Bahkan, dengan wajah tersenyum Ja sempat membaca berita di koran lokal tentang dirinya. "Melihat perilakunya, polisi akan segera melakukan tes psikologi untuk mengetahui kondisi kejiwaannya," ujar Kabid Humas Polda Jatim, Kombespol Hilman Thayib.
Pembunuhan itu, seperti yang dituturkan Ja, dilakukannya pada hari Kamis (30/7). Sekitar pukul 18.00 di hari itu, urai Ja, ia bertengkar dengan Sunarsih. "Saya jengkel karena dia minta cerai sekaligus hak asuh Alif," ujar Ja yang seketika itu juga tebersit keinginan untuk melenyapkan nyawa sang istri. "Selain saya sudah tidak cinta, saat ini saya juga sudah punya istri baru," ujarnya tanpa rasa bersalah.
Seusai pertengkaran itu, serta merta Ja mengaku membekap wajah Sunarsih dari arah belakang. Sunarsih yang tak berdaya dan tanpa memberi perlawanan langsung dibanting ke lantai oleh Ja. Kepalanya dibenturkan berkali-kali ke lantai hingga tak bernyawa. Untuk mengelabui Supiati yang saat itu sedang tak ada di rumah, Ja sengaja menidurkan jasad sang istri di atas tempat tidur. "Supaya kelihatannya sedang tidur pulas," kata Ja.
Sembari menunggu Supiati pulang, Ja bukannya panik. Ia malah menuju ke warung internet untuk bermain online game. "Sambil main game saya mengatur siasat agar perbuatan saya tidak terungkap." Kembali ke rumah, Ja mendapati Supiati tidak curiga melihat jasad sang kakak berada di kamar tidurnya.
Janda ditinggal mati seorang anggota TNI AL ini, lanjut Ja, memilih beristirahat di kamar tidurnya sendiri seusai melakukan ibadah tarawih. Sekitar pukul 22.00, saat adik iparnya itu lengah, "Saya bekap dia juga dari belakang dan membenturkan kepalanya ke lantai. Lalu saya baringkan mayatnya di sebelah Sunarsih," lanjut Ja yang malam itu memilih tidur di kamar sebelah.
Baru keesokan harinya, Ja menemukan cara untuk menghilangkan mayat istri dan iparnya. "Saya dapat ide menguburkan mayat mereka di lantai kamar belakang," tukas tamatan sekolah menengah atas ini. Ja pun mulai menggali tanah, menumpuk jasad kedua korban, menimbunnya kembali dengan tanah, dan mengecornya dengan semen. "Supaya rapi, saya panggil tukang untuk memasang keramik. Kepada tukang, saya bilang sudah menyimpan barang-barang di tempat galian itu."
Gandhi Wasono M / bersambung
KOMENTAR