Oryza Grace Rice Bran Oil diimpor dari Thailand pada akhir 2008 dan baru dipasarkan pada 2009 di Indonesia. Ini terjadi berkat General Manager PT Hero Intiputra, Harry Soegianto, yang memiliki perhatian lebih terhadap khasiat bekatul padi bagi kesehatan. "Saya pernah baca sebuah tulisan seseorang bernama dr. Liem yang memproduksi makanan dari rice bran di Bandung. Dia sudah berusia 85 tahun, tapi masih sangat sehat berkat mengonsumsi rice bran."
Setelah mencari tahu lebih dalam soal manfaat rice bran atau bekatul, Harry menemukan fakta, bekatul padi mengandung vitamin B 15, sebagai nutrisi untuk menaikkan daya metabolisme tubuh. "Saya lalu ke Cianjur untuk beli bekatul padi. Jika biji padi dibuka, di dalamnya ada bulir beras yang masih banyak kulit arinya. Saat dirontokkan, itulah yang dinamakan bekatul," papar Harry yang kemudian memutuskan mengolah sendiri bekatul tadi.
Setelah mengonsumsinya sendiri, Harry mengakui, bekatul itu membawa banyak pengaruh baik pada kesehatannya. "Efeknya, pikiran jadi tambah cerdas dan selalu muncul ide baru. Bekatul mengandung Omega-3 dan 6, lemak tak jenuh, vitamin E kompleks (gamma oryzanol) yang merupakan antioksidan penuaan dini, dan melawan radikal bebas," tutur Harry seraya menyayangkan, bekatul belum jadi makanan favorit di Indonesia. "Malah jadi makanan ternak ayam."
Rice bran oil justru sudah lebih dulu diproduksi di luar negeri. Bekatul diekstraksi dengan teknologi tinggi menjadi minyak. "Minyak goreng ini punya tingkat keamanan tinggi buat jantung dan pembuluh darah karena lemak jenuhnya rendah. Saat minyak goreng dipanaskan, tak akan keluar asap. Tinggi titik asapnya (254 derajat Celcius) jauh di atas penggorengan," terang Harry.
Begitu pula dengan lemak tak jenuh yang terkandung di dalamnya, tak akan rusak menjadi lemak jenuh yang merugikan saat proses penggorengan terjadi. Bahkan minyak jelantahnya pun tak berwarna cokelat atau hitam. "Kecuali bila dipakai menggoreng ikan, warnanya pasti menghitam. Tapi untuk menggoreng kerupuk, kentang, minyaknya tak akan berubah warna. Rice bran oil berwarna kuning keemasan seperti warna bekatul aslinya."
Harry juga meyakini, minyak bekatul yang digunakan sebagai minyak goreng tak akan menyebabkan batuk. "Pada proses penggorengan tak terbentuk zat akroelin yang menyebabkan batuk. Makanya harus berhati-hati karena banyak sekali orang yang tidak tepat menggunakan minyak goreng."
Minyak ini pun, lanjut Harry, bisa melezatkan makanan, baik untuk menumis, memanggang, atau pun membuat kue. "Ikan atau roti goreng akan terasa lebih enak, renyah, dan gurih seperti digoreng pakai mentega. Dijadikan sebagai dressing salad pun nikmat," papar Harry yang menjual rice bran oil impor sekitar Rp 40 ribuan per liter.
Kendati harganya lebih mahal dibandingkan minyak goreng biasa, namun Harry menjamin, "Aman digunakan dan bisa dipakai sampai tiga kali karena warna jelantahnya tak berubah." Begitu juga dari sisi kesehatan, Harry mengatakan, "Jika tak berhati-hati memilih minyak goreng, risiko pada kesehatan jantung akan lebih besar. Makanya saya sangat antusias bisa mengimpor minyak ini. Aman bagi kesehatan, enak di lidah, dan nyaman di kantong."
Namun begitu, Harry masih enggan memproduksi minyak bekatul sendiri. "Agak sulit memproduksi di Indonesia karena nilai investasinya tinggi sekali. Dan kendala paling besarnya, pulau di Indonesia terpisah-pisah. Bekatul, saat turun dari penggilingan padi harus langsung dimasukkan ke dalam mesin untuk diolah. Karena ada satu enzim di dalamnya yang jika lewat sekian jam dan telat diolah akan berbau tengik."
Uniknya, Harry tak sekadar memasarkan produk ini. Bersama timnya ia tak henti mengadakan edukasi lewat seminar atau demo masak. "Rice bran oil sudah dipakai di sejumlah rumah sakit jantung dan masuk ke apotek." Respons positif pun diterima Harry saat melakukan demo masak maupun seminar. "Peminatnya tak hanya kelas menengah ke atas, tapi juga mereka yang peduli kesehatan."
Noverita K Waldan
KOMENTAR