Beberapa tahun belakangan ini, popularitas Benedict Cumberbatch memang tengah naik, terutama setelah ia ikut membintangi film bertema science fiction Star Trek dan serial televisi populer yang mengisahkan tentang sosok detektif terkenal di masa lalu, Sherlock.
Di film terbarunya yang iklan filmnya baru dipublikasikan ini, Cumberbatch berperan sebagai ahli komputer juga ahli kriptologi atau ilmu pemecah kode asal Inggris, Alan Turing, yang mendapat tugas mengurai kode German Enigma peninggalan Nazi selama Perang Dunia ke-2.
Sang sutradara Morten Tyldum yang asal Norwegia, disebut-sebut mengarahkan film ini sebagai film perdananya yang menggunakan bahasa Inggris. Dan The British Film Institute mengumumkan pada Senin (21/7) lalu, The Imitation Game akan rilis sekaligus menjadi film pembuka di London Film Festival, Oktober mendatang.
Berdasarkan kisah nyata, Turing bersama Joan Clarke (Kiera Knightley) bekerja dalam satu tim yang disegani, yakni kelompok Hut 8, dan tinggal di kawasan Bletchley Park. Turing biasa menyebut aksinya sebagai "Turing Test" atau intelegen artifisial, yang mana aksi ini juga dianggapnya sebagai 'obat' bagi orientasi seksualnya yang penyuka sesama jenis.
Turing juga dikisahkan bekerja untuk Tentara Sekutu untuk membuat sebuah mesin komputer yang difungsikan untuk memecahkan kode-kode rahasia German Enigma yang selama ini terkenal sulit diurai, yang berisikan mengenai komunikasi militer di zamannya.
Pada Perang Dunia ke-2, Tentara Sekutu berhadapan dengan pasukan darat dan laut Jerman. Namun akhirnya Tentara Sekutu mampu mengalahkan pasukan blokade Jerman. Saah satu pemimpin Tentara Sekutu, Winston Churchill, mengatakan, "Turing secara pribadi telah berkontribusi sangat besar untuk kemenangan Tentara Sekutu di Perang Dunia ke-2. Dan sejarah militer mengakui, Turing telah membantu Tentara Sekutu dalam perang yang berlangsung selama sekitar 2 tahun, sekaligus menyelamatkan banyak nyawa."
Turing kemudian ditahbiskan sebagai bapaknya ilmu komputer yang mempopulerkan istilah "Turing Test" ke dalam determinasi intelejen artifisial yang menjadi cikal bakal pengembangan perangkat lunak. Akan tetapi, seusai perang Turing justru diadili oleh pemerintahan yang sudah ia selamatkan.
Ia dinyatakan bersalah pada 1952 lantaran dianggap sudah melanggar norma sosial, setelah polisi menemukan bukti dirinya adalah seorang homoseksual dan memiliki hubungan dengan seorang pria muda.
Selepas dari penjara, Turing memutuskan untuk menghilangkan testikelnya tanpa operasi, melainkan dengan menggunakan obat kimia tertentu. Bahkan ia pun secara eksperimental melakukan terapi hormon untuk menumbuhkan kedua payudaranya. Sayangnya, dua tahun setelah ia mengubah penampilannya, Turing memutuskan untuk menghabisi nyawanya sendiri dengan memakan buah apel yang sudah ia bubuhi zat kimia beracun, sianida.
Kisah hidup Turing telah mengingatkan banyak orang bahwa ia sebenarnya seorang pahlawan modern sekaligus aktivis persamaan hak kaum homoseksual. Di tahun 2009 silam, sebanyak 30 ribu orang telah menandatangani petisi yang ditujukan kepada Pemerintah Inggris agar meminta maaf kepada Turing.
Akhirnya, Perdana Menteri Inggris Gordon Brown, mengeluarkan permintaan maafnya kepada Turing yang disebarluaskan melalui media Daily Telegraph. "I am pleased to have the chance to say how deeply sorry I and we all are for what happened to him," tulis Brown. Bahkan di tahun 2013 lalu mendiang Turing juga telah menerima permintaan maaf dari pihal Kerajaan Inggris.
KOMENTAR