Ina Rovi Hikmah Mimpi Buruk
Tahun 2007, Ina Rovi (29) mengawali karier sebagai fashion designer. Kala itu, Ina yang pelanggannya banyak berasal dari kaum selebriti, belum mengenakan hijab. "Ternyata bagi saya semua itu semu. Saya merasa kosong. Rasanya, kok, bisnis ini tak mendatangkan manfaat bagi saya," kenang Ina yang lalu mendapatkan jawaban lewat mimpi. "Saya mimpi melihat jasad saya sendiri, tapi tak bisa menyebut nama Allah."
Setelah mimpi itu, "Selama seminggu saya insomnia. Rasanya sedih terus hingga setiap malam saya lewati dengan menangis," ujarnya. "Entah kenapa, yang terpikir saat itu saya harus memakai jilbab," kata Ina yang semula diragukan oleh orangtuanya. "Apalagi lingkungan pekerjaan saya banyak bergaul dengan selebriti."
Belakangan, jilbab ternyata tak menghalangi Ina untuk terus maju. Tawaran menyanyi pun menghinggapinya. "Tidak hanya saat Ramadan saja, setahun kemarin hampir setiap minggu saya ke luar kota untuk show." Kiprahnya sebagai penyanyi religi kian berkibar setelah label Nagaswara meliriknya akhir Desember lalu. Kini, Ina telah menelurkan dua single, Terimalah Tobatku dan Pelangi Hati. Belakangan, Ina juga bergabung dengan grup vokal Fatima Voice, menggantikan Pipik Uje dan Puput Melati.
Saking sibuknya di dunia tarik suara, Ina mengaku sempat melupakan dunia fashion. Beberapa waktu lalu ketika fashion muslim mulai berkembang, barulah Ina mencari karakter fashion dan membangun brand atau label baju muslim miliknya. "Baju koleksi saya didominasi warna pastel yang lembut, tapi memiliki garis tegas, unik, dan rumit. Filosofinya, di balik keanggunan seorang perempuan harus ada kekuatan," tukas Ina yang membuka Ina Muslim Fashion di bilangan Pondok Kelapa, Jakarta Timur.
Ina tak main-main ketika menekankan garis fashion-nya pada kata "kekuatan". Pasalnya, dengan kekuatan pula Ina mampu bertahan mengenakan jilbab, meski banyak cobaan datang. "Kebanyakan teman berkomentar, 'Kasihan. Masih muda, belum menikah, kok, sudah berjilbab.' Banyak dari mereka yang kemudian meninggalkan saya," kata Ina yang kemudian belajar menyaring teman dari pengalaman itu.
Pertemuannya dengan Gaida, putri Aa Gym, diakuinya menjadi berkah tersendiri. Bersama teman lainnya, mereka membentuk Hijabers Community. "Akhirnya saya menemukan teman hijabers yang fashionable, cantik, berkegiatan islami, dan punya pikiran terbuka."
Mimpi Nanida Jenahara Nasution (27) untuk membuat butik sempat tertunda selama enam tahun. Sempat mengambil sekolah fashion di Susan Budiharjo, anak kelima pasangan Ida Royani dan Keenan Nasution ini lalu membuka Jenahara di tahun 2011. "Setahun sebelumnya, saya bersama teman-teman membentuk Hijabers Community. Dari sinilah saya meilhat pasar yang menjanjikan," buka Jehan yang kini menjabat sebagai ketua komunitas ini.
Ide-ide Jehan yang telah mengendap selama bertahun-tahun lantas diwujudkan bersama Bayi Nurhayati, putri seniman Betawi, Benyamin. "Butik pertama kami buka di Makassar karena permintaan pasarnya tinggi. Selanjutnya, kami buka di Jakarta, Bandung, dan Samarinda," kata Jehan yang awalnya tak memberitahu sang bunda soal usahanya. "Saya ingin buktikan, saya bisa bikin label sendiri tanpa bawa-bawa nama Ida royani."
Padahal, kesenangan Jehan pada dunia desain bisa jadi memang turun dari Ida. Sejak kecil, Jehan kerap menemani sang bunda belanja kain ke toko bahan atau penjahit. "Di mata saya, pekerjaan Mama itu seru!"
KOMENTAR