Iskandar (11) tergolek lemah di atas ranjang sal F 2 RS. dr. Soetomo, Surabaya. Sebagian dadanya ditutupi verban, sementara bibirnya melepuh membuat ia tidak lancar berbicara. Luka yang menimpa bocah kelas 6 SD di Tanjungbumi, Bangkalan, Madura tersebut akibat ledakan petasan yang terjadi pada (31/7) lalu.
Junaedi (25) kakak sulung Iskandar menceritakan bahwa kejadian saat itu terjadi begitu singkat. Awalnya malam itu adiknya bermain bersama teman sebayanya di kampung. Sudah menjadi kebiasaan, setiap memasuki bulan ramadan seperti saat ini, anak-anak di desannya usai salat taraweh sampai tengah malam diisi berbagai macam permainan, salah satunya yakni membunyikan petasan.
"Kalau puasa seperti ini suasan di desa saya kalau malam justru ramai sekali dengan anak-anak bermain," kata Junaedi yang sepulang jadi TKI di Malaysia beberapa tahun lalu ia kini bekerja serabutan di kampungnya.
Saat itu Iskandar diantara teman-temannya menyulut petasan sreng dor yang mengeluarkan bunga api dari ekornya kemudian melesat ke udara dan meletus. Disanalah awal petaka itu terjadi, setelah petasan disulut namun tidak kunjung bereaksi meski sudah ditunggu beberapa saat. Melihat petasan tak kunjung menyalak sehingga Iskandar mengira petasan tersebut sudah mati dan tidak bisa bunyi lagi. Tanpa ragu, Iskandar mendekati petasan kemudian mengambilnya.
Naas bagi Iskandar, saat batangan petasan itu dipegang, ternyata petasan itu belum mati. Hanya beberapa detik kemudian tiba-tiba dari ekornya menyemprotkan bunga api dengan keras. Semprotan itu menuju ke arah dada dan sebagian wajahnya. Iskandar terkejut kemudian ia lepaskan baru melesat dan meledak. Tapi kerasnya semprotan bunga api itu sampai menembus baju kemudian mengena kulit dadanya dan seketika itu melepuh. "Kalau melihat lukanya memang parah, karena tidak karena apinya kan menyemprot ke dada adik saya sampaimenembus bajunya," cerita Junaedi yang saat itu adiknya mengerang kesakitan.
Melihat lukanya yang cukup serius dinihari itu juga Iskandar dalam keadaan kesakitan segera dibawa ke Puskesmas setempat, tapi karena dianggap cukup parah kemudian dirujuk ke RS dr. Soetomo, Surabaya. "Saya berharap tidak terlalu lama ada disini dan bisa segera pulang. Sebab, biaya yang kami keluarkan kan makin lama makin membengkak," tambah lelaki berkulit gelap tersebut.
Sementara di ujung ranjang duduk Syahri (42) sambil termenung memandangi tubuh Iskandar anaknya. Ibu tiga orang itu mengaku tidak banyak tahu tentang kejadian yang menimpa bungsunya mengingat ia baru semalam datang dari Malaysia, setelah beberapa tahun menjadi TKW di sana. "Saya tidak tahu persis, sebab sudah sekian tahun saya bekerja di Malaysia sebagai pembantu rumah tangga. Iskandar ini tinggal di rumah bersama dua orang kakaknya," kata Syahri, dengan dialek Malaysia yang kental.
Ibu bertubuh semampai itu harus berjuang menghidupi tiga orang anaknya sendirian mengingat, suaminya meninggal semenjak Iskandar masih berusia dua tahun. Untuk menyambung hidup ia kemudian merantau mencari nafkah ke Malaysia. "Kalau tidak bekerja bagaimana dengan anak-anak saya, sebab di desa saya tidak punya pekerjaan," imbuh Syahri kepada tabloidnova.com..
Menurut dr. Urip Murtejo, SpB KL, kepala IRD menjelaskan, bahwa terjadi kerusakan pada kulit Iskandar di bagian dada sehingga perlu dilakukan penambalan kulit. "Itu dilakukan supaya cepat sembuh," katanya.
Gandhi Wasono M.
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR