"Hukum pasti dapat membuktikan apa saja atas apa yang terjadi. Tetapi dalam sebuah kemufakatan dan berapapun pasti selalu ada pengampunan, Bapak hakim yang terhormat, saya tidak akan mengelak dari hukum tapi saya juga tetap tidak akan menyerah untuk dapatkan sebuah pengampunan," tutur Afiyani
"Sungguhkah saya tak pantas akan pengampunan? Saya ingin melanjutkan mimpi saya pak. Saya ingin menjadi penulis, mimpi saya berkeliling dunia, dan mimpi saya menikah serta memiliki anak dan membesarkannya dengan baik. Tapi saya mohon pada bapak hakim, keluarga korban dan seluruh masyarakat, sebagai seorang anak dari seorang ibu, izinkan saya menjaga ibu saya di saat tuanya. Mengingatkan di saat pikunnya, memapahkan disaat rentanya, dan memeluknya di saat sakit dan takutnya seperti yang Ibu saya lakukan kepada saya saat ini. Atas seluruh surat ini saya persembahkan untuk ibu saya, ayah saya dan seluruh anak dan orang tua di dunia ini."
Afriani membacakan pledoinya di hadapan majelis hakim sembari terisak-isak. Ia menuturkan kebanggaan akan seseorang yang disebutnya "pecinta sejatiku" yang telah mendukungnya tanpa peduli kebodohan dan kesalahan yang ditudingkan padanya.
Di akhir surat pledoi yang dibacakan, Afriani memohon maaf pada ibunya dan menyerahkan sepenuhnya terhadap keputusan hakim. "Saya yakin apapun yang menjadi keputusan bapak, dari hati nurani yang terdalam," tuturnya sembari mengulang kata-katanya dimana orang bersalah juga berhak mendapatkan penegakan hukum dan keadilan.
Laili
KOMENTAR