Kebuliciouss Nasi Kebuli Modifikasi
Sebagai keturunan Arab rupanya membawa berkah tersendiri bagi trio bersaudara, Said Saleh Alamri (23), Hikmah Saleh Alamri (20) dan Faray Saleh Alamri (18). Salah satu makanan khas asal nenek moyang mereka, yaitu nasi kebuli menjadi peluang usaha yang menjanjikan secara ekonomi dan membuat mereka belajar banyak tentang bisnis rumahan.
Tiga bersaudara ini memilih nama yang singkat namun catchy, Kebuliciouss. Nama itu pertama kali dicetuskan oleh Hikmah. "Tadinya ada pilihan antara Kebulbul dan Kebuliciouss. Tapi karena Kebulbul terdengar aneh, akhirnya kami memilih Kebuliciouss," ujar Hikmah mantap.
Usaha berjualan nasi kebuli bermula dari permintaan teman-teman si bungsu Faray, yang kala itu masih bersekolah di sebuah SMA di Jakarta. "Ayo, dong, bawa nasi kebuli. Kami beli, deh," ujar Faray menirukan perkataan teman-temannya. Sang bunda ternyata setuju untuk membuatkan nasi kebuli pesanan teman-teman Faray. Tak hanya Faray, Hikmah dan Said pun tak malu menjual nasi kebuli buatan ibu mereka di kampus masing-masing.
Usaha yang masih terbilang baru ini membuat pangsa penjualan mereka masih terbatas. Hingga saat ini, mereka masih belum memiliki tempat berjualan permanen. "Saat jualan biasanya di stan-stan di acara kampus. Misalnya, saat ada acara Expo di kampus kami, Trisakti. Orang-orang kampus, sih, sudah banyak yang tahu," ujar Hikmah.
Tak hanya membuka stan, mereka juga menggunakan mobil pribadi milik orangtua sebagai tempat berjualan. "Kami jual pakai mobil Avanza yang dibuka bagian belakangnya," jelas Hikmah. Sepeda motor juga dipakai mereka untuk mengantarkan pesanan ke beberapa lokasi pick up point yang tak terlalu jauh. Pick up point adalah lokasi yang disepakati dengan pemesan untuk mengambil pesanan mereka.
Ada dua jenis nasi kebuli yang ditawarkan Kebuliciouss, yaitu kebuli ayam dan kebuli kambing. "Satu porsi kebuli ayam yang dijual di boks, harganya Rp 22.500. Yang dijual di nampan harganya Rp 150 ribu, bisa untuk 7 sampai 8 porsi. Sedangkan untuk kebuli kambing harganya Rp 27.500 per porsi," jelas Hikmah.
Soal resep, Hikmah mengaku menyerahkan sepenuhnya kepada sang bunda. "Pokoknya ada campuran rempah dari Arab juga. Itu resep turunan dari mamanya Nenek ke Mama kami. Racikannya terasa beda," jelas Hikmah. Baik Hikmah, Said, maupun Faray pun berpromosi, nasi kebuli buatan ibunda mereka tidak akan membuat enek. Sebab, "Sudah disesuaikan dengan lidah orang Indonesia."
Ingin mencicipi sensasi nasi kebuli ala Maroko? Datang saja ke restoran Maroush di Hotel Crowne Plaza, Jakarta. Sajian unik yang disebut Roz Kabsa ini mirip dengan nasi kebuli Indonesia. Nasi tetap dimasak dengan beberapa macam rempah dan dicampur daging kambing. "Beginilah resep nasi kebuli khas Maroko," ucap Sulabh B. Daryanani, Marketing Communications Manager Maroush.
Irisan daging kambing di Roz Kabsa memang terbilang agak kecil. Jika nasi kebuli versi Afganistan atau negara lain biasanya memakai nasi putih dengan tambahan kuah berisi daging serta rempah-rempah, Roz Kabsa lebih mirip dengan nasi kebuli Indonesia. "Tapi rasanya lebih eksotis. Sebagian rempah-rempah yang kami gunakan di impor langsung dari Maroko." Dan tidak banyak menggunakan minyak samin. "Jadi tidak terlalu oily," papar Sulabh menjelaskan menu seharga Rp 170 ribu per porsi ini.
Mhamed Oussaihe, chef di Maroush memaparkan, selain nasi, yang membedakan Roz Kabsa adalah penggunaan sayuran seperti wortel, bawang bombai, dan rempah-rempah yang dijadikan satu, "Sebutannya Rass Elhanout dalam Bahasa Maroko. Semua dimasak jadi satu selama setengah jam," ujar chef asli Maroko ini. Bagaimana menyesuaikan cita rasanya dengan lidah orang Indonesia? "Kami biasanya menggunakan takaran rempah-rempah yang standar, tapi orang Indonesia umumnya ingin lebih dan kami bisa melayaninya."
Maroush berarti waktu magrib dan merupakan restoran yang menawarkan sajian kuliner dari Maroko dan India sejak 2006. Seakan melengkapi keingintahuan pengunjung, nuansa negara matahari terbenam itu kental dihadirkan dalam balutan interior berwarna merah, cahaya redup, serta ornamen khas. Semua interior itu dibawa langsung dari Maroko.
Biasanya pengunjung lebih banyak datang di malam hari. "Kebanyakan dari mereka pesan Roz Kabsa yang memang terkenal di Maroko. Setelah mereka makan appetizer, menu utamanya Roz Kabsa, dan barulah dessert. Porsi Roz Kabsa ini juga lumayan besar dan mengenyangkan, bisa untuk 2-3 orang."
Renty, Ade Ryani / bersambung
KOMENTAR