James Eagan Holmes diduga masuk ke dalam ruangan bioskop Century 16 Multiplex di Aurora, Colorado, AS, untuk yang kedua kalinya, hanya setengah jam sebelum film The Dark Knight Rises (TDKR) dimulai pada pukul 00.30 tengah malam waktu AS. Kali ini ia mengenakan "kostum" lengkap: celana dan atasan serba hitam, masker gas yang menutupi sebagian wajahnya, rompi dan legging anti peluru, helm, pelindung tenggorokan, dan kaus tangan.
Sebelumnya, James diketahui membeli tiket dengan memakai pakaian biasa. Tak ada yang menaruh curiga ketika ia memasuki bioskop untuk pertama kalinya. Ia pun ditengarai duduk sejenak di kursi barisan depan, lalu mendadak ke luar melalui pintu darurat. Bisa jadi ketika itu James ingin mengamati terlebih dahulu seluruh ruangan sebelum ia berganti pakaian dan memulai aksinya.
Awalnya, kemunculan James yang tiba-tiba berpakaian amat dramatis itu disangka penonton sebagai bagian dari pertunjukan TDKR. Namun yang selanjutnya terjadi adalah teror yang mengerikan. James lalu melempar sekaleng gas air mata yang mengaburkan pandangan, membuat tenggorokan dan kulit gatal, dan menyebabkan iritasi mata. Tanpa peringatan apa pun, dalam hitungan detik James mulai memuntahkan peluru dari dua senjata berbeda miliknya.
Rentetan tembakan dari senjata api pertama ia arahkan ke langit-langit, kemudian ke arah penonton di hadapannya. Habis peluru dari senjata pertama, ia mencabut senjata kedua yang merupakan pistol semi-otomatis. Senjata kedua ini ternyata tak berfungsi, sehingga James mengempaskannya. Ia pun menarik senjata ketiga, sebuah handgun, lalu menembakkan peluru ke bagian belakang ruangan, kemudian ke arah penonton yang duduk di dekat lorong. "Sungguh seperti sebuah pembantaian. Tiap kali ada orang berdiri untuk menyelamatkan diri, ia menembak," ujar seorang saksi mata yang selamat kepada CNN, seperti dikutip dari situs CNN.com.
Beberapa peluru bahkan menembus dinding dan melukai penonton yang berada di ruangan bioskop sebelahnya. Saat itulah, sebut si saksi ini lagi, "Alarm penanda kebakaran mulai meraung." Polisi tiba di lokasi kejadian pada pukul 00.39 waktu setempat, tepat 90 detik setelah telepon pertama diterima 911, nomor telepon darurat di AS.
Tanpa perlawanan, James yang saat itu tengah berjalan menuju mobilnya yang berada di area parkir bioskop akhirnya diringkus polisi. Menurut sejumlah sumber, James sempat berkata, "I'm The Joker." sebelum ditangkap. Sementara itu, di dalam biosokop sebanyak 12 orang ditemukan tewas dan 71 lainnya luka-luka.
Rita Paulina Silalahi (45) beserta suaminya, Anggiat Situmeang (44), juga anaknya, Prodeo et Patria atau Patrik (15) adalah tiga dari puluhan korban luka-luka akibat aksi James "The Joker" Holmes. Ketika kabar ini diterima Henny Silalahi (62), ibunda Rita ini langsung histeris. "Keluarga kami hampir tidak pernah nonton bioskop," tukas Henny saat ditemui di kediamannya, Petukangan Utara, Jakarta Selatan, Selasa (24/7) lalu.
Patrik yang masih remaja itu juga tak pernah merengek untuk menonton film di bioskop. "Tapi kali ini justru dia yang minta," tutur Henny yang tak habis pikir dengan adanya peristiwa itu. Berdasarkan cerita Anggiat yang ia dengar melalui sambungan telepon sehari setelah kejadian, Kamis (19/7) menjelang tengah malam, keluarga yang sudah tinggal di AS selama 11 tahun itu pergi untuk menonton pemutaran perdana TDKR. Pilihan tempat nonton jatuh pada Century 16 Multiplex di pusat perbelanjaan di kawasan Aurora. Dan, katanya lagi, lima menit setelah lampu dipadamkan, teror The Joker pun terjadi.
Saat itu, papar Anggiat kepada Henny, semua orang panik dan berusaha menyelamatkan diri. Tak terkecuali Anggiat dan keluarganya. Mereka bertiga memutuskan mencoba ke luar dari pintu yang terletak di sebelah kiri dan kanan bagian depan bioskop. "Patrik malah lari ke arah si penembak. Ternyata dia mau menolong orang lain yang juga berusaha menyelamatkan diri," ujar Henny.
Baru saja mereka mencapai pintu keluar, "Peluru menerjang tubuh Rita di bagian siku dan kakinya. Anggiat lalu menggendong Rita ke luar bioskop. Sesampainya di luar, Patrik baru sadar ada peluru yang bersarang di pinggangnya," lanjut Henny yang sangat bersyukur ketiga keluarganya lolos dari maut. Sementara itu, "Dua hari sebelum kejadian saya mimpi lihat banyak bunga bagus. Entah itu pertanda atau bukan, tahu-tahu ada berita ini."
Banyaknya korban dalam insiden ini membuat tim medis AS mendahulukan korban tewas untuk dibawa ke rumah sakit. Rita yang sempat pingsan akibat kehilangan banyak darah kemudian dibawa ke Medical Center di University of Colorado, sementara Patrik dibawa ke Children Hospital di Aurora. Anggiat yang mengalami luka ringan di pelipis mata juga menerima perawatan namun langsung diperbolehkan pulang.
Saat ini, peluru yang bersarang di pinggang Patrik masih belum bisa diambil karena tertutup lemak, sementara Rita sudah dua kali menjalani operasi untuk mengobati luka di tangan kirinya. Perihal peluru yang masih berada di dalam kakinya, "Masih belum diambil. Kata dokternya, sih, aman, enggak apa-apa," ujar Henny.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI juga bertindak cepat. Mereka membantu mempermudah proses mendapatkan visa berkunjung ke AS bagi keluarga Rita. Jumat (27/7) lalu, Rina, saudara kembar Rita dan empat anggota keluarga lainnya bertolak ke AS. Richard Silalahi, ayah Rita, juga akan menyusul ke AS minggu depan. "Mereka akan menemani Rita menjalani pengobatan selama sekitar sebulan."
Di AS, Anggiat sehari-hari bekerja sebagai perawat di dua panti jompo. Meski sama-sama bekerja di panti jompo, namun Rita berprofesi sebagai supervisor di bagian dapur. Terakhir berkomunikasi dengan putrinya, sebut Henny, Rita hanya minta didoakan. "Semoga mereka cepat sehat dan bisa kerja lagi. Jangan sampai cacat. Tinggal di Amerika tapi tidak kerja dan tinggal di rumah saja, bagaimana masa depan mereka?" ujar Henny prihatin.
Terhadap James Holmes alias The Joker yang telah melakukan ini terhadap keluarganya, Henny mengaku tak bisa menyimpan endam. "Saya harap dia dihukum sesuai perbuatannya. Itu saja. Jika akhirnya dia dihukum mati, ya, wajar. Dia seperti pembunuh berdarah dingin," ujar Henny sambil bergidik.
Renty Hutahaean / bersambung
KOMENTAR