Seperti diketahui, selain menggunakan beras dan daging kambing sebagai bahan utama, pengolahan nasi kebuli juga menggunakan belasan macam rempah-rempah seperti kayu manis, biji cengkih, biji pala, bunga pekak, kapulaga, serai, daun jeruk, daun salam, santan, bawang putih, bawang merah, ketumbar, jintan, adas manis, kunyit, dan jahe yang memberikan sensasi hangat di tubuh. Selain itu, bahan masakan yang tak kalah pentingnya untuk dicampurkan adalah kismis, yoghurt dan minyak samin.
Dilihat dari bahan yang digunakan, masakan ini memiliki kemiripan dengan jenis masakan asal Timur Tengah (Lebanon, Arab Saudi, Yaman, dan lainnya). Tak heran, karena ternyata sang pelopor nasi kebuli memang masih memiliki darah keturunan Timur Tengah.
Dipelopori Ulama
Kisah terciptanya nasi kebuli dimulai ketika para pemuka agama asal Hadramaut, Yaman, memiliki misi menyebarkan agama Islam di negeri India. Sama halnya dengan Indonesia, negara India yang memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia ini juga mengonsumsi beras sebagai bahan makanan pokok.
Untuk menyambung lidah antara cita rasa Yaman dan India, para ulama akhirnya mencampur-adukkan rempah-rempah asal Timur Tengah dan India. Sehingga terciptalah makanan dengan aroma khas tersendiri. Tak sampai disitu, para ulama kemudian melakukan beberapa percobaan untuk menyempurnakan cita rasa nasi buatan mereka. Dengan melalui banyak eksperimen, ditambahlah bahan utama lainnya yaitu daging kambing.
Seiring berjalannya waktu, nasi kebuli terus mengalami modifikasi menggunakan daging ayam maupun sapi, sehingga menghasilkan variasi baru yang tidak menghilangkan cita rasa aslinya, tapi justru menambah keragaman. Bahkan ada beberapa rumah makan yang tidak memakai lemak kambing agar bisa meraup pelanggan yang bermasalah dengan penyakit kolesterol.
Dalam budaya Betawi, nasi kebuli biasanya disajikan dalam hari perayaan agama Islam seperti saat bulan Ramadan, Maulid Nabi, maupun hari raya Idul Fitri.
Dorris Jane Nainggolan
KOMENTAR