Rupanya memang ada surat edaran dari Puskopti DKI yang meminta para perajin tahu dan tempe di DKI untuk melakukan aksi mogok produksi selama 3 hari hingga Sabtu mendatang.
"Sebenarnya aksi ini juga bikin kami rugi karena menganggur, tapi demi solidaritas ya, kami akhirnya sepakat mogok ramai-ramai," kata Salam, salah satu perajin tempe di Pamulang, Tangerang Selatan.
Aksi mogok ini dipicu kenaikan kedelai impor dari harga Rp 550 ribu per kwintal menjadi hampir Rp 800 ribu. Dengan kenaikan itu jelas makin membebani para perajin. "Belum lagi ongkos kayu bakar, plastik, daun, dan tukang," kata Salam yang mengaku kian hari keuntungan produksi tempe kian menurun. "Karena bahan baku naik, sementara kami enggak bisa sembarangan menaikkan harga."
Itu sebabnya, meski dalam selebaran itu juga disarankan untuk menaikkan harga dari harga tempe dari Rp 3000 per batang menjadi Rp 4000 per batang, tapi Salam belum bisa memberi kepastian apakah jika nanti berproduksi akan menaikkan harga atau mengecilkan ukuran. "Saya harus lihat bagaimana teman-teman dulu. Kalau mereka menaikkan harga, saya ikut saja."
Tempe baru hadir lagi di pasaran Sabtu pagi. "Ya, kami mohon maaf kalau beberapa hari ini tempe jadi barang langka di Jakarta."
Krisna
KOMENTAR