Airmata langsung menggenang di pelupuk mata Nu (47) saat nama Amiruddin (64), almarhum suaminya, disebut. Baru sekitar dua minggu lalu, tepatnya Rabu (20/6), Amir jadi korban pembunuhan dan Nu ditengarai menjadi otak tindak kriminal itu. Konon, untuk menghabisi nyawa Amir, Nu mengajak serta anak sulungnya, Hen (27), dan dua orang teman Hen.
Sudah lama, kata Nu, dia memendam amarah dan kesal terhadap suaminya. "Dia bukan pemimpin keluarga yang baik. Sejak awal menikah pada tahun 1983, saya selalu disiksa. Istri pertamanya yang sekarang sudah bercerai juga suka dipukul Amir," ujar Nu sambil menunduk.
Sempat Melarang
Puncak amarah ibu enam anak ini diakuinya terjadi saat anak sulung Nu, Hen, bertengkar dengan Amir. Itu terjadi sekitar Mei silam. Saat itu Amir baru saja menjual rumah senilai Rp 1,5 miliar tapi baru menerima uang pembayaran sebesar Rp 500 juta. Ketika bertengkar dengan Hen di depan Nu dan anak-anaknya, Amir sesumbar, bila kelak ia meninggal lebih dulu, Nu dan anak-anaknya tak boleh menyentuh makamnya dan tidak bakal dapat warisan sedikit pun.
"Siapa yang enggak capek hidup seperti itu?" tanya Nu yang kemudian mengaku punya gagasan menamatkan hidup sang suami. Ketika Nu menceritakan ide itu pada Hen sekitar sebulan sebelum hari kejadian, "Saya larang. Saya bilang ke Mama, bagaimana pun juga dia bapak saya sendiri. Saya tidak tega," ujar Hen kepada tabloidnova.com saat ditemui secara terpisah di Polresta Bekasi, Kamis (5/7).
Meski sudah dilarang Hen, Nu terus bersikeras. "Mama bilang, sampai kapan kami hidup seperti ini. Apalagi sejak kecil saya lihat sendiri bagaimana Bapak kerap menyiksa Mama," tutur Hen yang juga mengaku tak jarang menerima pukulan dari Amir tanpa alasan jelas. "Ketika Bapak bilang warisan hanya akan diberikan ke kakak-kakak tiri saya, ada rasa tidak terima."
Akhirnya, Hen luluh dan menyetujui rencana sang Ibu. Ia lantas minta bantuan Wan (30), pria yang dikenalnya saat bekerja sebagai penjual kaus kaki di daerah Semper, Tanjung Priok. Wan lantas mengajak seorang teman lain, Di (20). "Saya mau ikut karena diiming-imingi uang Rp 30 juta," ujar Di.
Walhasil, Selasa (19/6) itu ketiga pemuda ini berkumpul. Wan menyewa mobil yang lalu digunakan untuk jalan-jalan keliling kota bersama Hen, Di, dan ketiga pacar masing-masing. Usai jalan-jalan dan memulangkan kekasih masing-masing, mereka menuju ke toko sekaligus kediaman Amir dan Nu di Pondok Ungu, Bekasi.
Agar Amir tidak curiga, Wan meminta Hen turun di sebuah warung nasi goreng, sekitar dua kilometer dari toko, sementara Wan dan Di menemui Amir di toko. "Saya belum pernah tahu yang mana Haji Amiruddin, jadi saya perlu mengobrol dulu dengannya. Saya ingin tahu orangnya seperti apa," kisah Di. Setelah puas mengobrol, keduanya lalu pamit dan kembali menjemput Hen.
Sekitar pukul 01.00, ketiganya kembali ke rumah Amir berbekal celurit dan badik. Sementara Wan menunggu di warung nasi goreng, Hen dan Di langsung menuju ke kamar tidur Amir dan Nu. Sesaat sebelum eksekusi, timbul keraguan pada diri Hen yang ditugasi membunuh Amir. "Sudah dua kali Hen mengayunkan celurit tapi ragu-ragu. Akhirnya saya yang menusuk leher Pak Amir," jelas Di.
Berita yang lebih lengkap dan dalam ada di Tabloid NOVA. Belinya enggak repot, kok.
Sahabat NOVA bisa pilih langganan di Grid Store, atau baca versi elektroniknya (e-magz) di Gramedia.com, MyEdisi, atau Majalah.id.
KOMENTAR