Serangan ke kantor Koperasi Langit Biru (KLB) awal bulan silam, membuat warga Desa Cikasungka, Tangerang, terkejut. Saat itu para investor KLB meminta kepastian soal pencairan bonus yang mandek selama tiga bulan. Rupanya protes pertama tak membuahkan hasil sehingga akhirnya mereka kembali ke KLB, Sabtu (2/6). Kali ini mereka menjarah sembako dan merusak bangunan.
Rasa kesal juga dilampiaskan dengan mengambil berbagai barang yang ada di rumah mantan pengurus KLB, Ken Sabarudin, di wilayah yang sama. Terlebih, sang ketua KLB, Jaya Komara, lama tak terlihat batang hidungnya. Baik dalam rapat pengurus maupun pertemuan dengan investor. Saat digerebek, rumah Jaya kosong tak berpenghuni. Isi brankas tempat Jaya menyimpan dana para investor juga raib.
Belakangan, empat dari ribuan investor KLB melaporkan Jaya ke Polsek Cisoka, Tangerang. Laporan lalu diteruskan ke Polres Kota Tanggerang, Polda Metro Jaya, dan terakhir dilimpahkan ke Mabes Polri. Status Jaya Komara pun menjadi buron dan masuk daftar pencarian orang (DPO).
Dari proses penyelidikan diketahui, putaran dana investasi di KLB mencapai Rp 6 triliun! Yang mencengangkan, semua dikelola tanpa bantuan bank. Setoran maupun pembagian bonus dibagikan secara tunai di kantor KLB.
Berhenti Kerja
Salah satu investor yang berdomisili di Karawaci, Dadang (34), bersama 400 investor lainnya mefasilitasi Forum Komunikasi Investor Menggugat Jaya Komara, ketua KLB. Jumat (15/6) ia mendatangi Bareskrim Mabes Polri untuk melaporkan penipuan dan penggelapan dana yang dilakukan Jaya.
Dadang berkisah, awal 2011 lalu ia mengaku tak sengaja melewati kantor KLB di Perum Bukit Cikasungka Blok ADF Nomor 2-4. Ia tertarik melihat kerumunan orang dan diberi brosur penawaran investasi ala KLB. Setelah mempelajarinya, Dadang tergoda mencoba peruntungan di bulan Juni dengan investasi Rp 800 ribu. "Ternyata benar, saya dapat bonus bulanan. Lalu saya setor lagi Rp 10 juta sebagai investasi lanjutan atas nama istri," ujarnya. Untuk itu, Dadang dijanjikan bonus Rp 1,7 juta tiap bulan yang terdiri dari uang dan sembako.
Dadang pun makin getol mencari jaringan, termasuk keluarganya sendiri. Sebab, jika berhasil mengajak 10 orang berinvestasi, ia diberi bonus Rp 4 juta. Dadang kemudian menghimpun dana kolektif dan mengurus pengambilan bonus setiap bulannya. Tiap kali ke kantor KLB yang terdiri dari tiga gedung, "Penjagaan dilakukan oleh Koramil setempat. Memang saya lihat ada tumpukan uang berkardus-kardus," ujar Dadang yang selama Juli-Desember 2011 menerima bonus dengan lancar.
"Saya termasuk yang merasa 'sejahtera' setelah gabung di KLB. Investasi saya Rp 38 juta dan dapat Rp 68 juta sebelum bonus mandek di 2012," ujar Dadang yang kemudian memilih keluar dari pekerjaannya karena menerima Rp 8 juta per bulan sebagai pendapatan pasif.
Selain bonus tunai, para investor dapat mengambil beragam paket investasi. Misalnya, daging sapi mulai dari 5 kg sampai 100 kg. Dengan jumlah terkecil Rp 385 ribu hingga puluhan juta rupiah. Rata-rata investor banyak yang mengambil paket besar, yakni Rp 10 juta untuk 100 kg daging sapi.
Setelah menyetor dana, "Investor diminta menyetujui kontrak selama 33 bulan. Mendekati batas akhir, dijanjikan bonus ibadah haji senilai Rp 100 juta. Tapi kalau ingin keluar, modal bisa ditarik. Cuma, kata Jaya, tidak boleh ikut investasi di KLB lagi," kisah Yanto, investor lain yang juga ikut melapor ke Mabes Polri.
Januari 2012, ketika bonus mulai tak cair, Dadang dan teman-teman investor menerima pemberitahuan dari KLB. Di surat edaran dijelaskan, pembagian bonus untuk bulan Maret-April ditunda sebab ada pembenahan manajemen dan kerusakan sistem. Percaya, Dadang pun menanti janji bonus akan dicairkan pada tanggal 1 Mei 2012. Ternyata, "Bonus ditunda lagi. Dari bulan Mei tanggal 1, 10, 16, 20, dan terakhir 2 Juni. Eh, ternyata Jaya sudah sudah kabur."
Jelas, awalnya Dadang amat percaya pada Jaya yang sering ditemuinya saat pertama berinvestasi. "Mulanya kami salut karena ia benar-benar memikirkan kesejahteraan umat. Itu kami lihat dari visi-misi yang dia jelaskan. Ternyata malah menyengsarakan umat," kata Dadang seraya mengatakan, total investor berjumlah 124 ribu orang. Namun belakangan diketahui, 14 ribu di antaranya fiktif.
Investor lain, Rima Komariah (35), seorang direktur pemasaran, ikut KLB September tahun lalu atas ajakan temannya. Sebelumnya, Rima tak tergoda. "Saya baru percaya setelah diajak teman ketiga. Kebetulan saya dapat arisan Rp 10 juta dan bingung mau dipakai buat apa. Kata teman, masukkan saja uangnya ke KLB karena tiap bulan akan dapat uang lagi," cerita Rima yang ditemui di kantornya daerah Gading Serpong, Tangerang.
Tak hanya itu, nasabah KLB juga dijanjikan akan mendapat bonus Rp 100 juta dalam waktu 10 bulan dan mobil dalam waktu dua tahun. Tiap bulan pun anggota KLB masih memperoleh daging dan sembako. Merasa tak percaya begitu saja, Rima dan sang teman pun mendatangi kantor KLB. "Kantornya luas dan tertata rapi, ada tempat pengambilan daging serta sembako. Tersedia pula saung untuk istirahat sambil menunggu jatah daging atau sembako. Bahkan boleh bawa keluarga layaknya rekreasi."
Ade Ryani, Noverita / bersambung
KOMENTAR