Kok, sampai melaporkan suami?
Ya, karena 29 Mei 2010, saya ditampar Bapak tiga kali. Setelah itu dia injak kacamata dan menghancurkan handphone saya. Dia berbalik mau menonjok tapi saya teriak sehingga sekpri (sekertaris pribadi) dia masuk. Namanya Joko Waluyo. Setelah itu dia teriak, "Saya cerai kamu hari ini! Keluar!" Saya jawab, "Kalau mau cerai saya sekarang juga, pergi lapor presiden dulu." (Saat itu Freddy memang masih menjabat sebagai Menteri Perhubungan Kabinet Indonesia Bersatu, Red.)
Kejadian yang sudah begitu lama kenapa baru dilaporkan sekarang?
Karena sekpri Bapak melihat kejadian pemukulan itu, (pihak) Istana kemudian tahu saya dipukul. Waktu ditanya, saya bohong karena tidak ingin dia turun (jabatan). Ya, sudah lah, saya sudah maafkan dia. Mestinya, kan, dia yang minta maaf karena memukul saya tapi nyatanya sampai hari ini tidak pernah minta maaf yang diucapkan dari hati. Justru saya yang selalu bilang, "Sorry" atau "Maaf" atau saya yang kembali bicara baik-baik.
Sebenarnya saya tidak ingin mengungkapkan masalah ini karena ini, kan, privasi dalam rumah tangga. Tapi dengan memukul saya, artinya dia tidak menghargai pengorbanan saya. Saya memberinya kesempatan memperbaiki kesalahan, tapi tidak digubris.
Apa yang mengawali pemukulan itu? Benarkah karena rumor perselingkuhan?
(Sekadar mengingatkan, September 2010 santer beredar kabar Freddy sudah cukup lama menjalin perselingkuhan dengan wartawati berinisial BRD. Freddy membantah keras isu tersebut).
Mulai tahun 2007 kami memang kerap cekcok. Kalau salah paham sedikit, dia bilang, "Saya cerai kamu! Keluar dari rumah ini!" Pertengkaran ini berawal sejak dia kerap pulang pagi dan keluar-masuk hotel. Ini tidak seperti biasanya. Tapi kalau dibilangin, malah marah.
Saya menduga dia berubah sejak ada perempuan itu (BRD, Red.). Dia wartawan dan 'dibenahi' sampai jadi presenter. Mulai gila-gilaan mereka itu. Bayangkan, dia sampai dibawa ke luar negeri dengan alasan liputan, tapi sebenarnya enggak beres.
Maksudnya?
Awalnya dia selalu menolak jika saya mau ikut ke acara-acara. Katanya, "Kamu tinggal di rumah saja karena ini cuma acara biasa." Awalnya saya percaya. Tapi, kok, terus-terusan? Selain itu, saya juga dengar dari orang, dia kerap bawa perempuan ini.
Nah, pada hari pemukulan itu, sebenarnya kami sedang bersiap ke Belanda untuk acara maskapai Garuda yang masuk kembali ke Eropa. Rencananya kami akan berangkat ke sana sama-sama tapi belakangan saya disuruh tinggal tanpa tahu alasannya apa. Akhirnya, saya bersikukuh beli tiket sendiri.
Hari itu, dari rumah dinas saya ke rumah di Kelapa Gading. Koper sudah saya siapkan di mobil, jadi sewaktu-waktu harus meluncur ke bandara saya sudah siap. Ternyata paspor saya disembunyikan di tumpukan buku-buku oleh Bapak. Sebelum dia berangkat ke bandara, saya tanya dia baik-baik. "Kenapa, sih? Saya juga tidak pakai ongkos Bapak. Ini, kan, sudah ongkos dinas?" Dia malah marah lalu menempeleng saya tiga kali.
Walaupun hati saya sakit, tapi saya mau lihat sejauh mana dia mau 'bermain'. Saat di Belanda, saya dampingi Bapak ke berbagai acara, tapi sama sekali tidak diajak bicara. Saya memang curiga BRD menyusul karena malam harinya Bapak keluar hotel jam 21.00 dan kembali lagi pukul 03.00.
Ketika akhirnya kami pulang (ke Indonesia), saya bilang, "Kamu mau terusin kayak begini? Kamu enggak takut kalau diturunkan dari jabatan?" Dia diam saja.
Anda punya bukti mereka berselingkuh?
Ada. Tanggal 28 Desember 2011, saya menemukan bukti pembayaran telepon atas nama BRD. Saya simpan bukti itu karena sudah masuk akhir tahun. Pulang gereja, tanggal 1 Januari 2012, sekitar jam 23.00, telepon berdering di dalam mobil tapi Bapak tidak mau angkat. Sampai di rumah, telepon itu ditaruh di atas meja di samping tempat tidur. Ketika dia ke kamar mandi, telepon itu terus berdering. Waktu saya lihat, ternyata nomor itu nomor yang ada di bukti pembayaran.
Langsung saya SMS, "Kalau Anda perempuan yang punya harga diri, yang tahu etika, malam-malam begini ada apa telepon suami orang? Dan kalau Anda perempuan yang punya harga diri, carilah laki-laki yang seumur supaya seimbang. Ini orang tua yang sudah jantungan, sudah punya istri dan anak." Saya tes lagi, mau SMS lagi, tapi teleponnya sudah tidak aktif. Baguslah, pikir saya, berarti dia sudah baca SMS itu.
Renty Hutahaean / bersambung
KOMENTAR