Poligami dinilai Zulkifli Amin sebagai jalan terbaik menghadapi kemelut rumah tangga yang dihadapinya. Di satu sisi, sang istri sakit sehingga tak bisa berfungsi layaknya seorang istri. Di sisi lain, Zulkifli juga tak lantas ingin menceraikan Erna begitu saja.
Sikap gampang curiga dan mudah emosi pada diri Erna, menurut Zul, muncul di tahun kedua pernikahan mereka. "Saat itu saya sadar Erna memiliki potensi gangguan jiwa," ujar Zul yang kemudian menguliahkan Erna ke Sastra Belanda dan Sekolah Kepribadian agar ada kegiatan. "Dua-duanya tak tuntas. Erna juga sempat mau jadi guru TK tapi tak jadi."
Tahun 1998, kondisi kesehatan jiwa Erna makin merosot. "Saat melihat berita kerusuhan, seakan-akan kerusuhan itu terjadi padanya. Ia ketakutan seolah-olah semua orang adalah musuh," kata Zul yang lalu membawa Erna ke ahli psikiatri.
Usahanya ternyata tak mampu mengembalikan Erna ke kondisi semula. Istrinya tetap penyendiri dan mudah curiga. "Mandi, salat, makan, minum, hingga buang air tak bisa sendiri. Pernah suatu kali dia tak mau gosok gigi hingga mulutnya bengkak." Sejak 14 tahun terakhir pula, lanjut Zul, kontak sebagai suami-istri berlangsung sepihak. "Saya perlakukan dia seperti pasien sekaligus istri. Kalau saya tanya, dia diam saja." Zul pun harus realistis melihat kondisi istrinya jika hasrat seksualnya meninggi.
Sejak itu, tercetuslah ide untuk berpoligami. "Saat saya tanya ke Erna bila saya beristri lagi, dia hanya diam. Beberapa kali saya sampaikan lewat tulisan, jawabnya 'terserah', bukan 'iya' atau 'jangan'."
Zul lantas berunding dengan atasannya di RSCM dan diberi surat persetujuan yang dilanjutkan ke Kepala RSCM. Setelah meninjau kondisi Erna, hasilnya dikirim ke Menkes. Butuh waktu setahun hingga izin poligami disetujui lewat SK Menkes tertanggal 11 Maret 2010. "Tapi saya janji, kalau beristri lagi, istri kedua harus mau merawat Erna."
Di saat yang sama, hati Zul tertambat pada P yang dinikahinya pada 2011. "Saya kenal dia sejak tahun 2005. Dia dulu asisten saya. Dia dan orangtuanya tahu latar belakang saya. Saya minta dia melihat kondisi Erna sebelum menikah dan dia setuju merawat Erna," kata Zul yang mengaku telah menuliskan persetujuan itu di atas kertas. Zul pun mengaku sudah berusaha mengenalkan P kepada Erna. Namun saat hendak dipertemukan, Erna histeris dan mengunci diri di kamar.
Pertentangan pun datang dari Firman. Padahal, "Anak pertama dan ketiga sudah setuju. Ya sudah, saya tak mau berkonflik dengan anak sendiri. Lagipula saya sudah ikuti semua aturan, dari agama, pemerintah, hingga menteri."
Ade Ryani HMK
KOMENTAR