Sebenarnya sudah setahun lalu David menjalani operasi kantong empedu dan nyaris kehilangan nyawa. Namun baru beberapa minggu lalu, pemain kibor Paterpan ini mempersoalkannya. "Setelah David berangsur membaik, saya baru kepikiran mempertanyakan tanggung jawab dr. Ro yang melakukan operasi," kata Didi Albert, ayah David. Operasi yang dilakukan dr. Ro, dinilai Albert menyebabkan komplikasi. Itu pun, kata Albert, sempat tertunda karena ibu David, Sukarni Satjadiberata, harus menjalani operasi gara-gara cidera di kakinya akibat naik-turun tangga mengurusi David.
Somasi pun dilayangkan. Pertama dikirim akhir April silam. Disusul yang kedua. Manajeman RSHS dan dr. Ro sebenarnya sudah menemui Albert dan keluarga. Tapi rupanya tidak ada titik temu. "Senin (14/5) kami melaporkan dugaan malpraktik ini ke Malporesta Bandung."
Soal tuntutan ganti-rugi, kata Albert, mulanya hanya untuk mengganti biaya pengobatan selama di RS Advent Bandung. "Niat awalnya sebenarnya untuk pembelajaran ke pihak manajeman RS dan dokter yang mengoperasi saya. Tidak semua orang seberuntung saya. Niat kami hanya mencegah jangan sampai ini terjadi ke orang lain," tambah David yang semula sama sekali tak mempersoalkan tuntutan materi.
Tapi jumlah ganti-rugi yang diajukan orangtuanya tak mendapat lampu hijau dari RSHS. "Kata manajeman RSHS tak disetujui Menkes. Karena tak ada titik temu, pengacara kami malah menuntut Rp 5 M. Angka itu termasuk kerugian immateriil." Soal besarnya tuntutan itu, lanjut Albert, diserahkan keluarga sepenuhnya ke kuasa hukum.
Makanan Tinggi Kolesterol
David tak main-main dengan keputusannya. Apalagi, ia sempat koma tiga hari dan nyaris kehilangan nyawa. Semua itu berawal saat ia berada di Jakarta Mei tahun lalu, ia mendadak sakit perut hebat. Obat nyeri lambung yang diminumnya, sama sekali tak menolong. "Sakit perutnya datang usai saya makan nasi goreng kambing di Tebet, Jakarta Selatan," kisahnya ketika ditemui di Bandung Jumat (11/5).
Jadilah ia dilarikan ke UGD RS Medistra. "Kata dokter jaga di UGD, sakitnya karena ada batu di kantong empedu. Dia menyarankan dioperasi," tambah David. Batu empedu berupa kristal kecil itu diduga akibat makanan bersantan serta goreng-gorengan. "Selama ini saya memang suka menyantap makanan berkolesterol tinggi. Akibatnya, terjadi penumpukan batu di kantong empedu," jelas penyuka nasi goreng kambing ini.
Belakangan, David memilih operasi di Bandung dengan pertimbangan keluarganya berdomisili di kota ini. Ia memilih dr. Ro yang berpraktik di RSHS. "Itu atas rekomendasi ayah teman David. Saya, sih, percaya saja," sela Albert.
Dari pemeriksaan dr. Ro, diputuskan untuk segera dilakukan pengangkatan kantong empedu. "Sebenarnya operasi kolesistektomi laparoskopi ini hanya operasi kecil. Paling hanya satu sampai dua jam. Seperti yang dilakukan ke Ibu Ani Yudhoyono beberapa waktu lalu," tambah pehobi gowes sepeda ini.
Juli tahun silam, operasi dilakukan. "Setelah operasi, saya merasakan sakit yang luar biasa. Saya sama sekali tidak bisa tidur saking sakitnya," ujar David yang megibaratkan sakitnya seperti "angin kejepit". "Bedanya, enggak kembung dan sakitnya hanya di bagian tertentu. Rasanya kayak ditusuk-tusuk."
Karena tak tahan, ia dibawa ke UGD RSHS. "Saya sebutkan semua keluhan yang saya rasakan tapi kata dokter jaga, enggak masalah dan biasa terjadi akibat operasi. Tapi, kok, sakitnya enggak hilang-hilang, justru makin bertambah. Ya, saya percaya saja karena seumur-umur, baru sekali itu dioperasi."
KOMENTAR