Teti Setyorini, ibu dua anak ini mulai mencoba bangkit. Sempat, Eya (4), si sulung seperti memberi tanda kepada Teti. "Awalnya, dia bilang Papa itu ketinggalan pesawat dan ada di lantai paling bawah. Tapi Papa tidak selamat," cerita Teti yang saling memanggil say atau sayang ini.
Makanya, saat Eya mulai masuk sekolah, sang guru meminta agar teman-temannya tidak bertanya tragedi Sukhoi ke Eya. "Malah, Eya selalu bilang ke teman-temannya, Papanya masih ada. Dia juga bertanya Papa itu pergi kemana, sih?" tutur Teti yang bekerja sebagai supervisor di bidang marketing ini.
Diakui Teti, akhir-akhir ini Dody terlihat lebih sibuk karena sedang membuat buku. "Hari itu, saya sudah pergi kerja, sementara Mas Dody baru pergi jam 09.00. Sempat telepon jam 10.00, tapi jam 13.00 sudah tidak bisa dihubungi. Begitu juga saat di SMS sore hari, pesan itu tidak pernah sampai ke Mas Dody."
Beberapa hari sebelum kejadian, saat mengantar Teti ke kantor, Dody sempat memuji istrinya. "Dia memuji saya adalah istri yang hebat," ujar Teti yang sejak awal disuruh kerja. "Pokoknya saya harus kerja. Jadi, kalau terjadi sesuatu biar saya tidak kaget katanya. Mas Dody melihat pengalaman ibunya, saat kehilangan Papa, Mama malah malah bingung karena tidak bekerja."
Permintaan itu pun disanggupi Teti yang semula bekerja di Semarang ini. "Saya minta dipindahkan ke Jakarta setelah menikah. Benar saja, apa yang dikatakan Mas Dody, kini saya mengalami hal itu," kenang Teti yang masakan Sop Dagingnya sangat disukai Dody. "Mas Dody termasuk yang susah makan. Saat libur saya masak Sop Daging, makannya pun banyak dan semangat banget."
Dody juga mengajarkan tak perlu marah ke anak jika susah makan. "Kalau disuap Mas Dody, kan, anak-anak manja tapi tidak dimarahi. Sementara saya, kan, menerapkan disiplin. Nah, Mas Dody menasihati jangan marah ke anak. Kan, kita kerja seharian di luar, jarang di rumah. Jadi kalau ketemu itu pergunakan waktu dengan baik."
Anak-anak juga sering dinasihati agar menurut. "Kadang yang sulung, kan, suka jahil dengan adiknya. Mas Dody bilang ke Eya, 'kandidat terbaik kamu di dunia adalah adikmu, jadi jangan dinakalin," cerita Teti yang sudah menikah 10 tahun ini. "Tapi, saya pacaran dulu selama 7 tahun. Jadi, selama 17 tahun dia mengisi hari-hari sangat indah, bahagia, dan berkualitas. Dia begitu menghargai perempuan, itulah yang membuat saya menyukai Mas Dody."
Saat pacaran pun tidak ada yang ditutupi di depan Teti. "Biasanya, kan, kalau lagi pacaran suka membelikan barang. Mas Dody itu bilang, 'uang saya hanya segini, kalau kamu mau beli kaos uangnya kurang, tambahi sendiri ya," kenang Teti sambil tertawa.
Laki-laki berambut panjang ini juga tidak suka rekreasi dengan alasan capek. "Jadi, kalau libur lebih senang di rumah, beres-beres, menata rumah, atau baca buku. Benar-benar orang rumahan. Tiap hari sebelum pergi kerja dia mengepel dua lantai. Selalu berusaha meringankan pekerjaan orang lain. Tadinya mau bikin kamar kerja di atas tapi belum kesampaian."
Profesi Dody pun Teti sangat tahu. "Tapi saya tidak bisa menolak karena itu pekerjaannya. Kalau ada berita pesawat jatuh, saya suka bilang untung Papa tidak ikut terbang. Maunya, sih, dia jangan ikut terbang. Akhirnya, saya serahkan semuanya ke Tuhan."
Ke depannya, diakui Teti tidak pengin apa-apa lagi. "Saya hanya ingin membesarkan anak-anak. Artinya, saya harus bisa membagi waktu. Tidak mungkin saya tidak kerja karena mereka lagi butuh biaya buat sekolah. Mas Dody juga pesan, jangan sampai saya berhenti kerja."
KOMENTAR