Wajah Sumadi (57) dan Sriati tampak murung. Roman muka pasangan suami istri itu tampak tengah merenungi sesuatu yang sangat berat. "Ini cobaan yang luar biasa. Saya tak pernah menduga bakal kehilangan anak dengan cara seperti ini," kata Sumadi kepada NOVA, Selasa (1/5) di rumahnya, Desa Ngringinrejo, Kec. Kalitidu, Kab. Bojonegoro (Jatim).
Dengan mata menerawang ke arah waduk yang membentang di hadapan rumahnya. Bapak empat orang anak itu tak habis pikir, anak bungsunya, Siti Aisyah (23), sampai tewas di tangan kekasihnya, Yah (21) dengan cara amat tragis. Bahkan jasad Siti ditemukan seorang pemulung di Desa Ngampel, Kec. Balen, Bojonegoro, Sabtu (16/4). Saat ditemukan di lahan pembuangan sampah tembakau, tubuh Siti sudah sulit dikenali, seluruh tubuhnya terbakar dan sudah membusuk.
Pria setengah baya yang sehari-hari bertani itu pun lalu bercerita, anak bungsunya itu terakhir ke luar rumah pada Rabu (11/4) malam. Saat Siti berpamitan untuk ke luar sebentar, "Dia tidak menjelaskan mau ke mana, kami juga tidak curiga karena katanya cuma sebentar," imbuhnya.
Namun hingga pukul 21.00 Siti belum pulang juga. Sementara ponselnya pun sulit dihubungi, Sumadi lalu mencari anak bungsunya ke sana ke mari, baik ke teman maupun kerabatnya. Sayang, usaha pencarian itu tak membuahkan hasil.
Esok harinya, ia menerima SMS dari nomor ponsel milik Siti. Ia pun terenyak membaca isi SMS itu: "Pak, sebenarnya aku sekarang ini dalam keadaan hamil. Aku tidak usah dicari, nanti setahun setelah anakku lahir aku akan pulang ke rumah." Anehnya, ketika Sumadi mencoba menghubungi ponsel putrinya, "Tidak pernah diangkat," ujar Sumadi.
Setelah usahanya mencari putriya ke sana ke mari tak berhasil, Sumadi pun akhirnya mencoba minta bantuan "orang pintar" untuk melacak keberadaan Siti. Sumadi gembira. Pasalnya, beberapa orang pintar yang ia datangi selalu mengatakan anak bungsunya tinggal di suatu tempat dalam keadaan sehat. "Perasaan itu agak menggembirakan meski kami semua juga belum yakin sepenuhnya," imbuhnya.
Seminggu setelahnya, Sumadi tiba-tiba didatangi polisi dari Bojonegoro yang menunjukkan sebuah foto mayat seorang perempuan yang ditemukan Rabu (16/4). Polisi juga menanyakan, apakah ciri mayat yang ada dalam foto itu kira-kira sama dengan ciri-ciri fisik Siti. "Selain wajahnya sudah tak jelas, celan yang melekat di tubuh mayat itu agak pendek, padahal saat pergi Siti pakai celana panjang," terang Sumadi yang ketika itu tak meyakini bahwa foto itu adalah jenazah putrnya.
Esoknya, Sumadi seolah terpaksa untuk mengakui bahwa foto jenazah itu adalah putrinya ketika polisi kembali datang ke rumahnya dan mengatakan bahwa jenazah itu diyakini sebagai Siti, hasil pengakuan Yah yang sudah berhasil ditangkap polisi. "Karena pelakunya sudah mengakui, ya pasti mayat itu Siti," kata Sumadi lirih.
Sumadi akhirnya mengambil kesimpulan, pada hari Siti berpamitan pergi, sang putri sebetulnya sudah dihabisi si pelaku. Dan untuk mengelabui didirnya dan keluarga, Yah sengaja mengirim SMS fiktif dari ponsel milik Siti. Namun menurut Sumadi, ia sama sekali tak yakin pembunuhan itu dilatarbelakangi gara-gara Siti sudah berbadan dua yang meminta pertanggungjawaban. "Saya tidak percaya Siti hamil. Kalau hamil, ibunya pasti tahu. Saya justru yakin pembunuhan itu dilatarbelakangi soal uang. Yah sepertinya tak bisa mengembalikan uang yang dipinjami Siti," duganya.
Yang amat disesalkan, baik oleh Sumadi maupun Sriati, adalah kekejaman Yah dalam membunuh Siti. Menurut Sumadi, Siti adalah anak yang pendiam dan sangat baik kepada siapa saja. "Coba tanya masyarakat di sekitar sini, Siti itu pendiam sekali dan tidak pernah neko-neko," imbuhnya.
KOMENTAR