Rasnaya, sakit di pundak ini tak terasa karena ingin menolong para penumpang. TapI, dari sekian banyak penumpang yang naik ke pundak saya tapi tak saya lihat mertua, istri dan anak saya. Hingga saat saya berada di luar bus saya masih tak menemukan orang-orang yang saya cintai itu.
Saya juga sempat melihat bus itu terbakar habis. Api menyala-nyala menjilati badan bus. Bhakan, sempat terdengar seperti suara tembakan karena ban bus yang berjumlah enam buah, pecah semua. Masih terbayang dipelupuk mata saya. Sebagian penumpang yang tak dapat tertolong bertumpuk di dekat pintu belakang dengan kondisi berhimpit-himpitan. Ya Allah, kasihan sekali mereka. Ya Allah, apakah dari korban yang tak terselamatkan itu terdapat mertua, istri dan anak saya ?.
Tak berselang lama, kami segera ditolong. Begitu tiba di rumah sakit, saya baru menyadari kalau kaki saya sakit dan agak susah jalan. Tak lama kemdian,s aya dapat kabar kalau mertua saya tewas. Ironisnya, istri dan anak semata wayang saya juga tewas dengan cara berpelukan. Ya Allah, mengapa bisa seperti itu kejadiannya, seolah-olah ibu dan anak itu tak mau dipisahkan oleh maut.
Walau masih belum menerima kenyataan pahit ini tapi saya harus ikhlas menerima kenyataan ini. Mertua, istri dan anak saya harus meninggal dengan cara seperti itu. Kenangan saya terhadap istri dan anak saya memang seakan tak ada habis-habisnya. Istri saya adalah segala-galanya bagi saya.
Dia adalah seorang istri yang sangat tahu dengan keadaan suaminya. Orangnya sabar dan tak pernah menentang suami. Walau pun saya adalah seorang petani tapi istri saya ihklas dengan keadan diri saya. Dia bahkan, tak segan-segan turun tangan membantu saya jika saya membutuhkan sesuatu. Sehari-hari istri saya berprofesi sebagai penjahit.
Dia memang hoby menjahit. Almarhum juga sempat belajar jahit selama setahun. Setelah menikah dia minta izin tetap menjalankan profesinya sebagai penjahit. Saya tak masalah, yang penting urusan pekerjaan rumah tangga dan anak tak terbengkalai.
Kami menikah setahun yang lalu. Saya dikenalkan oleh kerabat saya di Duri. Tak butuh cukup lama sejak perkenalan itu saya kemudian melamarnya. Sekarang, saya sudah cukup ihklas menerima kenyatan pahit ini. Semoga, amal ibadah para korban kebakaran bus itu diterima diSisi Allah SWT. Biarlah saya akan melanjutkan hidup ini dan hidup kan harus terus berjalan.
Menurut Kapolres Lima Puluh Kota, AKBP Partomo Iriananto, S.Ik, saat kejadian ada 42 orang penumpang bus PO Yanti termasuk supir dan kernet bus. " Tiga belas orang meninggal, empat orang dirawat di rumah sakit dan selebihnya sudah diperbolehkan pulang. Motif kebakaran bus diduga karena arus pendek listrik pada kabel listrik sehingga terjadi korsleting listrik dalam bus," jelas Partomo.
Saat ini supir bus PO Yanti, Yendri (28) dan kernet bus, Asbi (26) sudah ditahan. " mereka kita jadikan tersangka dan akan dikenahi hukuman dengan ancaman pasal 359 dan 360 karena kelalaian dengan ancaman hukuman 5 tahun keatas. " Pemilik bus juga akan kita periksa terkait dengan perawatan bus secara berkala, apakah itu sudah dilakukannya. Bus juga dianggap laik jalan karena buatan tahun 90-an," tandas Partomo.
Tersangka Yendri mengaku sebenarnya dia ingin mematikan api yang sudah berkobar yang berada didekat tempat duduknya di depan. Tapi, karena api makin lama makin membesar akhirnya dia keluar dari bus. " Saya tak tahu lagi bagaimana caranya harus menolong para penumpang karena api begitu cepat makin membesar," jelas Yendri.
Debbi Safinaz
KOMENTAR