Empat dari tujuh anggota komplotan yang telah berhasil dibekuk kepolisian Bandung itu tertunduk lesu dengan wajah tersembunyi di balik penutup kepala. Polisi memang sengaja menutupi muka para tersangka karena, "Mereka masih dalam proses pemeriksaan. Kami juga masih berusaha mengumpulkan keterangan untuk mengejar tiga pelaku lain," ujar Martinus Sitompul, Kabid Humas Polda Jabar. Dalang perampokan sekaligus pelaku penembakan Harindaka Maruti adalah salah satu yang belum tertangkap itu.
Dari keempat tersangka ini, polisi menyita berbagai barang bukti, diantaranya adalah dua senjata api, sebuah motor, 11 butir peluru, sebuah sangkur, dan laptop hasil jarahan dari kediaman Hari.
Hasil pemeriksaan mengungkap komplotan ini sudah melakukan sedikitnya lima aksi perampokan di kota Bandung. Dalam setiap aksinya, senjata api (senpi) selalu dibawa. "Mereka selalu memperlihatkan atau menodongkan senpi tersebut pada korbannya," tambah Martinus lagi. Layaknya komplotan, mereka berbagi peran. "Ada yang bertugas menyewa mobil dan motor dari rental, ada yang meninjau lokasi, hingga mengalihkan perhatian penghuni rumah," lanjut Martinus yang masih enggan membeberkan peran para tersangka yang telah ditangkap.
Pasalnya, "Masing-masing masih memberikan keterangan yang meringankan diri mereka sendiri. Mereka juga saling menunggu, ada lagi yang tertangkap atau tidak. Saat ini kami sedang melakukan uji balistik terhadap senpi yang disita." Polisi memang berjanji bakal mengusut kasus ini sampai tuntas. Terlebih, satu nyawa telah melayang.
Penangkapan para pelaku tentu jadi sedikit sinar cerah bagi keluarga Prof. Koerniatmanto Soetoprawito (59), ayah Hari yang juga merupakan Sekretaris Senat sekaligus Guru Besar Hukum Tata Negara di Fakultas Hukum Universitas Parahyangan Bandung. Meski pria yang mengambil nyawa anak bungsunya belum tertangkap, "Polisi telah bekerja keras. Kami juga bukan pendendam," ujarnya ketika ditanya apakah menuntut hukuman seberat-beratnya bagi para penjahat. "Apakah Hari akan kembali hidup kalau mereka dihukum mati?"
Wanita Misterius
Sesungguhnya, lanjut Narni, Siang itu berjalan biasa tanpa firasat. "Saya dan Danan bermaksud pergi menyerviskan jam tangan Bapak yang rusak. Sedangkan Bapak dan Hari berada di kampus," ungkap Narni. Hari memang menuntut ilmu di Fakultas yang sama dengan sang ayah. "Kebetulan jadwal saya hari itu padat. Ada rapat senat, menguji calon dosen, dan sebagainya," imbuh Koerni. Praktis, rumah keluarga ini kosong. Hanya ada Sri, sang pembantu, seorang.
Kompleks tempat tinggal mereka di jalan Cigadung Indah, Bandung, juga sedikit lebih lengang setiap hari Jumat. Maklum, orang-orang sedang menunaikan salat Jumat di masjid yang terletak agak jauh dari pemukiman.
"Tiba-tiba saya dapat telepon dari Sri, katanya rumah kemalingan saat dia sedang ke warung," tutur Narni. Sri, lanjut Narni, mengaku sempat melihat tiga buah motor keluar dari rumah. Maling berhasil menggondol uang sejumlah USD 6000 dan sebuah laptop. Danan yang ketika itu sedang bersama Narni langsung meneruskan berita tersebut kepada Hari lewat telepon genggam. "Setelah itu kami buru-buru pulang."
Rupanya, Hari sudah terlebih dahulu tiba di rumah. Ia sudah sempat memeriksa sekeliling rumah dan menelpon ke 112. "Sayang tidak tersambung. Setelah kami tiba, Danan juga menelpon nomor yang sama, tapi lagi-lagi tidak tersambung," papar Narni.
KOMENTAR