Salah satu perajin yang tinggal di Desa Pasir Putih, Kec. Bungatan, Situbondo, Sisyadi (52) mengisahkan, banyak warga desanya yang menekuni kerajinan laut. "Karena di sini berada di kawasan pantai, kerajinannya pun bernuansa dan berbahan dunia kelautan. Sudah sejak lama banyak warga di sini bekerja sebagai perajin," kata Sisyadi.
Sisyadi yang letak rumahnya satu kawasan dengan kawasan wisata Pantai Pasir Putih, sehari-hari memproduksi kerajinan, salah satunya hiasan dinding berbahan tripleks yang dibentuk menjadi sebuah bingkai berukuran sekitar 30 x 40 cm. Bagian atas tripleks ditebari pasir laut. Kulit kerang yang sudah dibersihkan dan diberi bahan pewarna, ditata rapi di atasnya, selanjutnya ditutup dengan kaca. "Selain hiasan kerang, untuk model lainnya juga dipasang jam di tengah-tengahnya," imbuh Sisyadi.
Bapak dua ini mengisahkan, semula hasil kerajinan karyanya dikirim sendiri ke toko-toko di berbagai daerah. Misalnya saja Surabaya, Malang, Bali, dan kota sekitarnya. "Tapi, sekarang saya sudah tidak repot-repot lagi karena para agen datang sendiri. Penyebaran hasil karya saya juga meluas, sampai Sumatera dan Kalimantan," kata Sisyadi yang saat ini merekrut 10 karyawan.
Sisyadi mengaku pasang harga relatif murah. "Untuk jumlah banyak, saya jual satu buah seharga antara Rp 17.500 - Rp 20.000," ujar Sisyadi yang omset usahanya mencapai Rp 40 juta - 50 juta.
Perajin lain Bahrul Efendi (44) di Desa Kilensari, Kec. Panarukan, beda lagi hasil kerajinanya. Bapak tiga ini membuat gelang berbahan cangkang berbagai bahan biota laut. Selain itu, kulit kerang yang dipakai pun berbeda-beda. Ada jenis klit kerang susu, kerang kupang, kerang mon-mon, serta kerang bulukuwak. Ia membelinya dari seorang pengepul di kawasan Panarukan.
"Kerang-kerang itu bukan diambil dari laut kawasan Situbondo, tapi berasal dari Pulau Lombok, Raas, Sapeken, bahkan ada yang dari Sulawesi. Makanya meski hanya cangkang, harganya lumayan mahal. Per kilo mulai dari harga Rp 14 ribu sampai Rp 17 ribu," jelas Bahrul.
Daerah pemasaran Bahrul mayoritas di Bali. Kerajinan karyanya pun banyak diminati turis asing. "Bahkan setelah sampai Bali, gelang ini diekspor ke berbagai negara oleh supplier yang ada di sana," jelas Bahrul yang memiliki 7 karyawan.
Beda lagi hasil karya Ilham (33). Pria yang tinggal satu desa dengan Bahrul ini membuat suvenir papan surving mini. Ia membuatnya dari kayu dan berbentuk oval. "Saya membuat beragam ukuran. Untuk ukuran kecil, saya membuatnya jadi gantungan kunci dan suvenir pernikahan. Ukuran besar bisa dijadikan hiasan meja, hiasan dinding ruang tamu, juga bingkai foto."
Sebagian besar karya Ilham juga dikirim ke Bali. Selanjutnya, pemasok mengirimnya ke berbagai negara Eropa. Karya bapak dua anak ini rupanya memang sangat diminati orang asing. Papan surving karyanya memang sarat sentuhan seni. Bahan kayu yang dibentuk oval itu dicat rapi. Selanjutnya, di atas papan surving diukir dengan bentuk berbagai biota laut, misalnya gambar penyu atau ikan. Ilham juga mematok harga tak terlalu mahal. Untuk gantungan kunci hanya Rp 4 ribu, sedangkan paling besar berupa bingkai foto atau hiasan dijual dengan harga per buah Rp 20 ribu.
Para perajin pun mantap menekuni usahanya karena hasilnya mampu menyejahterakan keluarga.
Gandhi Wasono M
KOMENTAR