Nancy Margried (NOVA No. 1248)
Motif batik yang cantik dan geometris ternyata bisa dihasilkan dengan rumus matematika. Nancy Margried Panjaitan (32) dan dua temannya lantas menciptakan sebuah software komputer yang bisa menghasilkan desain batik sendiri. Ia menyebut batik hasil software tersebut dengan batik fraktal.
"Fraktal adalah salah satu cabang ilmu matematika yang berfokus pada pengulangan, dimensi, literasi, dan pecahan. Semua motif batik pasti mengandung unsur ini," terang Nancy panjang lebar ketika kami temui di awal tahun lalu.
Tantangannya dalam menyebarkan software buatannya, sebut Nancy, adalah mengenalkannya kepada masyarakat Indonesia pencinta batik. "Saya pernah dimarahi juragan batik saat jadi pembicara di sebuah workshop. Mereka menganggap kami merusak nilai luhur batik Indonesia. Padahal maksud pembuatan software ini justru membantu pembatik," ujar Nancy sambil menyebut, "Hanya butuh sekali klik untuk mendesain batik dengan software ini. Hasilnya, motif makin beragam, produksi meningkat, harga bersaing, dan akhirnya keuntungan makin banyak."
Software yang sudah bisa menghasilkan di antaranya motif Buketan (Pekalongan), Kangkungan (Cirebon), dan Parang Rusak (Yogyakarta), sudah mendapatkan banyak penghargaan, kebanyakan justru dari mancanegara.
"Seni fraktal memang belum berkembang secara maksimal di Indonesia, masih berkisar pada produk fashion. Padahal bisa juga diaplikasikan untuk mobil mobil, kursi, maupun perkakas rumah tangga," tutur Nancy yang pernah 'membatik' interior kereta api dan gedung perkantoran ini.
Toh, di balik kesuksesannya ini pikiran Nancy tetap bermuara pada pelestarian batik sebagai aset budaya tradisional Indonesia. Untuk itu, ia merancang sebuah program bernama Batik Goes to School dan Batik Goes to Campus yang menyasar generasi muda. "Selain bisa membangkitkan kreativitas, juga bisa jadi pencetak entrepreneur. Anak muda Indonesia jangan sampai lupa pada batik. Jangan cuma jadi pemakai, tapi harus jadi pelaku," ujar Nancy. Meski ia tak lantas memakai batik tiap hari ini, "Yang penting di kepala saya tiap hari memikirkan batik fraktal."
Teknologi dan dunia tulis-menulis adalah napas bagi Aulia Halimatussadiah (29). Menggabungkan kedua hal tadi, perempuan yang karib disapa Ollie ini lantas mendirikan kutukutubuku.com, sebuah toko buku online.
Kesuksesan kutukutubuku membuat Ollie memutuskan meninggalkan pekerjaan kantoran dan fokus menjadi technopreneur. "Awalnya orangtua menentang keputusan ini. Tapi setelah melakukan berbagai persuasi, saya berhasil meyakinkan keluarga bahwa usaha ini akan berhasil," ujar Ollie yang kemudian membuat tukusolution.com (penyedia jasa dan konsultan pembuatan website) dan tempalabs.com (online game).
Belakangan, Ollie juga membuat nulisbuku.com, sebuah web-publisher pertama di Indonesia. Pembuatan nulisbuku, sebut Ollie, berawal dari pengalaman pribadinya. "Saya membuat buku tentang IT, tapi tak ada penerbit yang mau menerbitkan buku saya." Padahal, kala itu Ollie sudah 15 kali menelurkan buku. "Saya bayangkan, bagaimana dengan penulis yang belum punya nama? Pasti lebih sulit lagi menembus penerbit," ujarnya kepada NOVA beberapa bulan lalu.
KOMENTAR