Tak dipungkiri, gairah untuk berwirausaha memang sudah dimiliki Hendrik semenjak duduk di bangku kuliah. Kebetulan ia menyukai mata kuliah entrepreneurship dan bermimpi suatu saat akan memiliki usaha sendiri. Perlahan-lahan Hendrik menyisihkan uang untuk mewujudkannya. Saat membaca kisah-kisah sukses pendiri Starbucks, The Body Shop dan Apple, Hendrik semakin terpacu mewujudkan impiannya.
Bermodalkan sekitar 100 juta rupiah, Hendrik menciptakan usaha yang belum ada pesaingnya, Jus segar dalam botol. Jus buatan PT. Adelphi TransAsia Indonesia ini berbeda dari jus kemasan lain karena bahannya yang 100% alami tanpa pengawet. Tak heran jika daya tahan jus Mama Roz hanya mencapai 3 hari saja.
Sedangkan produk-produk jus kemasan yang sudah ada di pasaran, rata-rata hanya menggunakan ekstrak buah (bukan buah asli atau jus buah) yang masih dicampur dengan berbagai bahan kimia lain agar memiliki rasa dan penampilan yang baik.
"Kalau ditanya mengapa memilih bisnis makanan, sebenarnya ide saya banyak. Jus ini salah satunya, dan saya pikir modalnya bisa skala kecil sehingga risikonya relatif masih terkalkulasi," ungkap Hendrik.
Selain dari sisi risiko, Hendrik juga melihat tren masyarakat sekarang lebih meningkat kesadaran untuk memiliki gaya hidup sehat. Indikatornya, makin menjamur pusat-pusat kebugaran, produk suplemen/vitamin, dan kian banyak bermunculan komunitas hidup sehat (seperti komunitas organik, vegetarian, pecinta herbal dan masih banyak lagi). Ditambah lagi, kecenderungan keluarga modern menyukai konsumsi produk instant.
"Suami-istri yang bekerja, karena kurang waktu jadi butuh sesuatu yang cepat dan instant termasuk makanan. Kami menyajikan makanan instant yang juga sehat," jelas Hendrik.
Saat awal memulai bisnis ini, Hendrik mengerahkan kejelian dan kalkulasi yang tepat. Agar produknya berhasil di pasaran, Hendrik cenderung bermain konsep penjualan. Dibuatlah flyer yang berisi panduan hidup sehat dengan jus.
"Sebaiknya setiap orang mengonsumsi sekitar 600 ml jus dalam sehari. Jika sudah seminggu akan terasa manfaat dari jus antara lain, tidak cepat capek, tidak gampang flu maupun sulit ke belakang," ungkap Hendrik menirukan edukasinya saat itu.
Berhubung yang ingin dicapai adalah hidup sehat, Hendrik menawarkan paket pemesanan dan jasa kirim ke tempat. Caranya mudah, konsumen cukup menelpon ke call center dan memberitahukan jus yang dipesan selama 4 minggu ke depan. Setelah ditotal, calon pelanggan diminta melunasi di muka sehingga esok paginya jus sudah bisa dikirim ke rumah atau kantor.
"Karena sistemnya made by order, kami tidak menyediakan stock," ujar Hendrik.
Agar tetap diminati pembeli, Hendrik mencicipi sendiri formula jus yang akan dijual. Rata-rata formula itu dibuat berdasarkan hasil uji coba. Sesudah didapat rasa yang enak, barulah Hendrik memproduksinya massal dan menghitung harga jual yang dikenakan per botol.
Sebotol jus (600 ml) Mama Roz, dijualnya dari harga Rp 12.000,- hingga Rp 24.000,- saja. Pilihan jus pun beraneka ragam mulai dari jus susu kedelai (kombinasi green tea/apple/cappuccino/vanila), kiwi, strawberry, jeruk, jambu biji merah, nanas, jeruk-strawberry, jeruk-wortel, jeruk-mangga, mangga-nanas dan masih banyak lagi.
Agar lebih menjangkau konsumen yang tidak berlangganan, Hendrik memperluas pemasaran ke retail premium seperti Food Hall, Ranch Market, Kem Chicks, Hero dan Total. Tak di sangka, retail-retail yang ditawari produk ini menyambut baik produk Mama Roz.
Kini, produk Mama Roz sudah tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya melayani pasar yang lebih luas. Ke depan, Hendrik ingin produknya menjadi penunjang gaya hidup sehat semua masyarakat Indonesia.
Laili
KOMENTAR