Pembawaan Titi Rusdi (35) yang riang dan gampang akrab dengan orang tak tampak seperti penggila IT pada umumnya. Padahal, kiprahnya di dunia teknologi sudah mendunia. Titi adalah CEO 7Langit, brand milik PT Bintang Cakrawala Sentosa, pembuat aplikasi smartphone ternama BlackBerry.
Sejak Agustus 2009 lalu, 7Langit telah menciptakan berbagai aplikasi digital secara komersial. Di antaranya Java Festival Production, aplikasi untuk operator seluler Indosat, HIPMI, P TV, hingga yang sudah bertaraf internasional seperti Intel Processor, Starhub TV, dan pengembang BlackBerry, Research in Motion (RIM).
Padahal, Titi yang sebelumnya berkecimpung di usaha trading dan kontraktor mengaku, tadinya tak punya bayangan menjadi pengembang aplikasi. "Semua seperti berjalan begitu saja," ujar lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Perkenalannya pada dunia aplikasi bermula dari pertemuannya dengan Oon Arfiandwi (31) di milis ID BlackBerry. Titi memang pengguna setia gadget tersebut. Oon yang sudah berpengalaman menjual aplikasi kecil untuk kalangan terbatas lantas mengajak Titi bekerja sama. "Kami lihat perkembangan BlackBerry sangat pesat, kenapa tidak menjual aplikasinya?"
Dengan pengalaman menjual Titi dan kemampuan programmer Oon, keduanya mulai membuat proposal ke berbagai perusahaan. "Awalnya dilihat sebelah mata karena belum beraliansi dengan RIM," kenang Titi. Setelah penolakan pahit itu, Titi memutuskan membangun 7Langit dan mendaftarkan diri menjadi aliansi RIM.
Ternyata RIM menyukai berbagai aplikasi ciptaan Titi. Bahkan, beberapa aplikasi dibiayai oleh RIM dan Titi ditawari elite alliance member alias yang tertinggi. Pada saat RIM mengadakan konferensi pengembang aplikasi BlackBerry se-Asia di Bali, 7Langit juga dipercaya membuat aplikasi DEVCON ASIA 2011 oleh BlackBerry.
Berbagai aplikasi buatan 7Langit terbukti sangat praktis dan diterima baik oleh pengguna BlackBerry. Aplikasi pertama mereka, Qur'an, sudah diunduh oleh lebih dari 350 ribu orang. Tahun 2009, Titi meluncurkan Gempaloka, aplikasi pemberi informasi gempa yang juga laris diunduh orang.
"Pemberitahuannya berupa getar. Jika seseorang nge-PING! di BB akan getar sekitar sedetik, sedangkan ini akan getar lebih lama, sekitar 7 sampai 9 detik. Dan bisa memberitahukan gempa berkekuatan di atas 5 skala richter dari seluruh wilayah Indonesia," papar Titi. Kedua aplikasi ini gratis diunduh.
Sukses dengan dua aplikasi tadi, barulah Titi membuat aplikasi yang menghasilkan uang. Salah satu kliennya adalah Java Festival Production, penyelenggara Java Jazz, Java Soulnation, dan Java Rockinland. "Aplikasi ini sukses sekali. Dalam 10 hari pengunduhnya sudah menembus 30 ribu orang," tukas Titi berbinar-binar.
Dari situ, makin banyak perusahaan komersial memercayakan pembuatan aplikasi padanya. Meski begitu, Titi tetap mengembangkan aplikasi yang bersifat non-komersial. "Kami membuat aplikasi Jalinmerapi dengan LSM Jalin Merapi. Ada pula aplikasi untuk donor darah yang bekerjasama dengan Blood for Life dan aplikasi Teman Ibadah untuk mempermudah pengguna menemukan 10 titik masjid terdekat,"ungkap Titi.
Sejatinya, menurut Titi, merencanakan sebuah aplikasi komersial digital memerlukan proses yang tak mudah. Titi harus mendapat gambaran tepat mengenai brand milik klien yang akan dibuatkan aplikasinya. "Kami bertemu dulu dengan klien. Kami serap maunya apa dan mempelajari karakter perusahaan, setelah itu brainstorming untuk membuat rancangannya," jelas Titi.
Untuk itu, Titi mengaku butuh programmer dengan kepekaan yang baik dan memiliki keahlian yang andal. "Kami punya standar sendiri. Paling tidak, dia harus berlaku seperti pengguna aplikasi," tegas Titi.
Sedangkan inspirasi untuk membuat aplikasi, Titi mengaku lebih banyak menemukannya dari momen santai bersama tim kreatifnya. "Tak harus rekreasi, biasanya justru kami menemukan ide saat makan siang bersama. Ha ha ha...," ujarnya sambil tertawa lepas.
Laili Damayanti
KOMENTAR