Ruth Marya "No Pain, No Gain!"
W alau dikenal sebagai network analyst dan pegiat open source, nama Ruth Marya (24) ternyata susah dicari di dunia maya. "Saya memproteksi semua akun saya untuk alasan keamanan," ujarnya.
Menggeluti dunia IT awalnya adalah keterpaksaan bagi Rya, panggilan akrabnya. Lulus SMU, "Saya bingung mau kuliah apa. Banyak teman mengambil jurusan IT karena masa depannya enak, jadi saya ikut saja," ujar Rya yang kemudian mendaftar di STT Telkom (kini Institut Teknologi Telkom). Rupanya, setelah menjalani perkuliahan, "Banyak yang tidak sesuai dengan bayangan saya. Banyak coding yang tidak saya mengerti dan harus belajar komputer arsitektur juga."
Rya kemudian menyerah, kemudian mendaftarkan diri ke President University, Cikarang. Ia mendapatkan beasiswa penuh. Anehnya, ia kembali mengambil jurusan IT, "Namun kali ini saya 'terpaksa' harus lulus. Kalau tidak, bisa kena penalti, ha ha ha..."
Rya pun memaksa dirinya belajar lebih giat. Atas saran pengurus laboratorium komputer di kampusnya, ia mengikuti program pemerintah bernama IGOS (Indonesia Go Open Source). IGOS adalah gerakan untuk meningkatkan penggunaan dan pengembangan open source software (perangkat lunak yang kode sumbernya bebas dipelajari dan dikembangkan). "Berhubung saat itu IGOS masih baru, saya disarankan mempelajari dan menjadi pelatih bagi para peserta program. Dari situlah saya jatuh cinta pada open source," ujar Rya.
Seusai mempelajari IGOS, dunia IT semakin menarik minat Rya. Dalam rentang waktu 2008-2009, Rya membantu Kelompok Belajar Melek IT (Kermit) dan jadi pembicara di berbagai kamp IT. Masih haus ilmu akan open source, Rya mengikuti pelatihan yang diselenggarakan International Open Source Network (IOSN) di Laos. "Saya satu-satunya perempuan dari Indonesia," kenangnya bangga. Dari pelatihan tersebut, Rya mengantongi sertifikat Linux Proffesional Institute Certification.
Hingga kini, Rya juga tercatat sebagai anggota komunitas Kluwex (Kelompok Linux Cewek Indonesia). "Saya gabung sejak masih kuliah semester empat. Saat itu saya satu-satunya yang masih kuliah. Lainnya sudah bekerja atau punya anak," sebut Rya yang kemudian didaulat menggelar seminar open source oleh Kluwex. "Ini satu-satunya acara yang bisa mendatangkan seribu orang ke President University."
Selain sibuk menjadi pembicara, Rya kini duduk sebagai Analyst and Engineer IT Data Service di PT XL Axiata Tbk. "Asal enggak ganggu kerja, saya masih bisa melakukan kegiatan yang berhubungan dengan IT di luar," ujar gadis yang anti menggunakan software bajakan ini.
Meski kini sangat melek teknologi, Rya berasal dari keluarga yang tak ada latar belakang IT. "Ayah adalah dosen di IPB sekaligus dokter hewan, sementara Ibu adalah peneliti dan konsultan pertanian," kata Rya. Karena itulah, ia mengaku harus sabar saat mengenalkan IT kepada orangtuanya. "Terkadang suka kesal, sudah diterangkan enggak nyambung juga, ha ha ha..."
Agar orangtuanya tahu dunia yang kini digelutinya, Rya rajin memperlihatkan artikel yang memuat tentang dirinya. Ia juga tak segan mengajak orangtuanya ke seminar yang ia jadi pembicaranya. "Di dunia IT, kesempatan untuk perempuan sangat besar. Tinggal bagaimana menunjukkan diri saja. Awalnya pasti painful, tapi no pain, no gain!" pungkasnya.
Renty Hutahaean / bersambung
KOMENTAR