Bisa dijelaskan gerakan moral Bidadari itu apa?
Gerakan moral Bidadari adalah gerakan moral yang tak mengizinkan seorang perempuan pun mati akibat kanker serviks dan kanker payudara. Bidadari sendiri diambil dari bahasa sansekerta vidhyadharya yang berarti seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan penanggulangan kanker serviks dan kanker payudara. Lewat gerakan Bidadari ini saya mengenalkan sejumlah cara pencegahan dini kanker payudara dan kanker serviks yang bisa dilakukan oleh masyarakat sendiri, tanpa dokter.
Caranya?
Saya mengampanyekan Kartu Skor Ananto Sidohutomo untuk deteksi dini risiko kanker payudara dan kanker serviks. Jadi para perempuan bisa mengisi kuesioner lalu menjumlahkan skornya. Jika sudah diketahui skornya, bisa dilihat tingkat risiko terkena kanker payudara dan kanker serviks. Ada pula Vagina Toilet Sendiri yang disingkat Valeri Ananto. Ini merupakan standard operating procedure (SOP) untuk melakukan pembersihan organ intim perempuan.
Kemudian ada Standing Pee Ananto yaitu teknik kencing berdiri bagi perempuan. Karena munculnya kanker serviks berkaitan dengan kebersihan organ intim, jadi misalnya dalam kondisi darurat harus buang air kecil di tempat umum yang tak jelas kebersihan toiletnya, menurut saya tak ada salahnya melakukan standing pee. Begitu pula, Sarami Ananto yaitu Pemeriksaan Payudara Bersama Suami ala Ananto Sidohutomo.
Hasil pemikiran yang panjang dan berdasarkan kasus-kasus yang pernah ditangani. Misalnya, ada suami menggeret istrinya ke klinik saya dan melaporkan kalau di payudara istrinya ada benjolannya. Namun istrinya kekeuh, payudaranya normal saja. Setelah diperiksa ternyata memang benar si istri menderita kanker. Dari sana saya menyimpulkan, jika suaminya juga bisa menemukan kelainan pada istrinya, pemeriksaan payudara juga bisa dilakukan oleh si suami. Makanya saya buat Sarami.
Apakah Sarami efektif dilakukan?
Cukup efektif. Dalam setahun saya menemukan 9 kasus dan yang menemukan adalah suaminya yang bukan dokter. Sehingga saat itu saya berpikir, oh ternyata ada celah untuk menurunkan angka kematian akibat kanker payudara. Salah satunya, mempersenjatai pasangan untuk bisa memeriksa payudara istrinya.
Payudara memang milik istri, tapi ternyata yang lebih concern terhadap payudara istri adalah suaminya. Karena masih banyak istri-istri yang tidak terlalu memerhatikan payudaranya sendiri. Pertaruhan saya, bagaimana caranya untuk sesegera mungkin menyosialisasikan ini kepada seluruh masyarakat. Jadi istri-istri ini tak perlu konsultasi ke dokter di tahap awal. Nah, Gerakan Moral Bidadari tidak pakai produk yang harus dibeli, melainkan pemahaman SOP yang bisa dilakukan sendiri.
Secara bisnis, tidak malah merugikan dokter?
Oh, tidak. Fungsi dokter yang sebenarnya kan harus promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan paliatif. Sedangkan apa yang saya lalukan ini ada di gerakan promotif. Kalau gerakan promosi saya bagus, masyarakat akan lebih suka berhubungan dengan dokter dan mudah berkomunikasi. Menurut saya, tak ada yang dirugikan dengan apa yang sudah saya lalukan. Justru kalau kasus ini banyak ditemukan di masyarakat, dokter kandungan dan lainnya justru bisa terbantu dalam menemukan banyak sekali benjolan-benjolan yang sudah diketahui di tahap awal.
Ada rencana untuk mematenkan SOP ini?
Memang ada beberapa teman yang menganjurkan untuk dipatenkan. Agar setiap orang yang akan melakukan itu memberi royalti atau apa lah istilahnya. Tapi saya pikir, saya ini orang yang tidak baik-baik amat. Hidup saya juga bukannya tanpa dosa, baik dosa kecil ataupun besar. Jadi kalau memang ini diizinkan, semoga ini bisa menjadi pintu surga buat saya.
Kalau pun nanti ada dokter lain menggunakan SOP Bidadari, tak jadi soal buat saya. Saat dokter lain sedang sibuk mengklaim dan mematenkan temuan saya, saya akan menemukan dan menciptakan sesuatu yang lain. Saya tak tertarik mempermasalahkan ini temuan siapa. Saya lebih senang berkarya. Ini kan hasil perenungan saya selama berbulan-bulan agar perempuan bisa lebih baik kesehatannya.
Amir Tejo / bersambung
KOMENTAR